Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Jumat, 27 Mei 2011

Apa yang Membuat Kita Kaya?

Kebahagiaan tak datang dari banyaknya uang.
Hiburan dan tontonan waktu senggang dapat kamu beli.
Kamu mempunyai apa saja, tapi belum tentu hatimu damai karenanya.
Kedamaian itu tak dapat kamu beli, kapan dan di mana pun
Hanya hati yang bebas dan puas dapat memberikannya.

Kedamaian hati itu tak terbayar oleh apa pun jua.
Iklan-iklan mengajarimu:
Dengan uang kamu dapat membeli apa saja bagimu.
Dengan uang rumah bagus dapat kamu beli,
Tapi kehangatan dan kenyamanan di dalamnya tak dapat kamu beli.

Dengan uang, kasur empuk dapat kamu beli,
Tapi tidur nyenyak tentram tak dapat kamu beli.
Dengan uang relasi dapat kamu beli
Tapi persahabatan tak dapat kamu beli.
Dengan uang pintu-pintu membuka diri,
Satu-satunya yang tertutup hanyalah pintu hati.

Mengapa banyak orang tak mendapatkan apa-apa dari hidupnya?
Karena mereka tak mempunyai teman.
Karena mereka tak mengenal seseorang yang tinggal di hatinya.
Karena mereka tak melihat tanda, orang akan menyukai mereka.
Karena tak ada bunga, yang akan mekar bagi mereka.
Bukan bunga yang mahal, tapi bunga yang sederhana:
Sebuah tawa, sebuah isyarat, sebuah kata, yang ramah, menghibur, dan bersahabat.
Apa yang sederhana itu dapat menjadi anugerah.

Siapa yang tak tahu lagi makna akan hal-hal sederhana tadi,
Dia akan mencari-cari pengganti dan menenggelamkan diri pada barang-barang mati.
Ia akan terus mencari untuk memiliki lebih,
Celakanya, pencarian itu makin membuat dia sepi dengan dirinya sendiri.
Ia tinggal sendiri dalam pulau keterasingannya yang menakutkan.
Akhirnya, soal “bagaimana saya ada” adalah lebih penting daripada soal “apa yang saya miliki”.

Phil Bosman

Mengapa Aku Mencintai-Mu?

Aku ada bukan karena kebetulan. Bukan karena kesalahan, kesialan, apalagi karena kesembronoan. Bukan karena nasib, bukan karena kesempatan, bukan juga karena keberuntungan. Tetapi aku bernafas saat ini dan hidup. Mungkin ayah-ibuku tidak merencanakan, tetapi Allah yang merencanakan. Aku hidup karena Allah ingin menciptakan aku. Allah merancang setiap bagian tubuhku. Dengan cermat Allah memilih aku untuk dilahirkan dari seorang ibu dan bapak seperti yang ada sekarang ini, dari salah satu suku yang ada di atas planet bumi ini, dengan warna rambut hitam seperti adanya sekarang, dan dengan watak dan perangai seperti yang aku punya sekarang ini.

Allah telah merancang dan membuat tubuhku menjadi seperti ini, seperti yang Dia inginkan. Dia juga yang menentukan talenta-talenta alami yang aku miliki, dan keunikan kepribadian yang macam ini. Penulis Mazmur memberikan kesaksian kepadaku: “Ya, Allah, Engkau mengenalku lahir dan batin, Engkau mengenal setiap tulang dalam tubuhku; Engkau mengetahui persis bagaimana aku dijadikan, sedikit demi sedikit, bagaimana aku dipahat dari kehampaan menjadi sesuatu” (bdk. Mzm 139: 15).

Karena Allah mempunyai rencana untuk aku, maka Dia jugalah yang memutuskan kapan aku dilahirkan, dan berapa lama aku akan menjalani hidup ini. Dia sudah merencanakan hari-hari hidupku, memilihkan waktu yang tepat untuk kelahiran dan kematianku. Allah juga yang merencanakan di mana aku dilahirkan, dan di mana aku akan menjalani hidup untuk tujuan-Nya. Ras dan kebangsaan untuk aku pun bukanlah suatu kebetulan. Allah tidak membiarkan satu bagian pun terjadi secara untung-untungan. Dia merencanakan semuanya untuk tujuan-Nya. Tidak ada satu hal pun dalam hidupku yang terjadi semaunya. Semuanya untuk suatu tujuan tertentu.

Penulis Mazmur memberikan kesaksian kepadaku: “Sebelum aku lahir, Engkau telah melihat aku. Sebelum aku mulai bernafas, Engkau telah merencanakan setiap hari hidupku. Setiap hari hidupku tercantum di Kitab itu.” (bdk. Mzm 139: 16). Allah tidak pernah melakukan apa pun secara kebetulan, dan Dia tidak pernah membuat kesalahan. Dia mempunyai alasan untuk segala sesuatu yang Dia ciptakan. Setiap tumbuhan dan binatang direncanakan oleh Allah, dan setiap pribadi orang dirancang dengan suatu tujuan.

Motivasi Allah dalam menciptakan aku adalah kasih-Nya. Dia ingin menciptakan aku untuk menyatakan kasih-Nya. Allah berfirman: “Dengarkanlah Aku, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, dan yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus. Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yes 46: 3-4).

Novena Tiga Salam Maria

Novena “Tiga Salam Maria” adalah suatu praktek devosi tradisional Gereja Katolik Roma, yang mendaraskan “Tiga Salam Maria” sebagai suatu permohonan untuk mendapatkan kemurnian dan keutamaan-keutamaan yang lain. Doa novena ini dianjurkan oleh St. Antonius dari Padua, St. Alfonsus Liguori, dan St. Leonardus dari Port Maurice. Dua santa, yakni St Mechtildis dan St Gertrudis, telah mendapatkan perwahyuan dari Santa Perawan Maria yang tersuci setelah mempratekkan novena ini.
Devosi ini dilakukan oleh para biarawan Fransiskan dan biasanya diselenggarakan bersama dengan doa “Angelus” (Malaikat Tuhan).

Orang yang pertama kali merekomendasikan praktek doa ini adalah St. Antonius dari Padua (1195-1231). Tujuannya adalah “menghormati Keperawanan Maria dan memohon kesucian pikiran, kesucian hati dan kesucian badan, di tengah-tengah bahaya dunia.”

St. Mechtildis (1241-1298), adalah seorang biarawati Benediktin; dia menerima perwahyuan pribadi dari Santa Perawan Maria, mengenai bagaimana “Tiga Kali Salam Maria” ini dapat dipakai untuk menghormati tiga pribadi dari Trinitas yang terberkati, yaitu:
“Salam Maria yang pertama dipakai untuk menghormati Allah Bapa, yang dengan segala kuasa dan kekuatan-Nya, dapat membangkitkan jiwa manusia karena Dia adalah Allah yang memiliki kuasa tertinggi di bumi dan di surga. Dalam saat kematianmu, Aku akan menggunakan kekuasaan Allah itu untuk menjaga dirimu dari segala gangguan, halangan, dan musuhmu.”
“Salam Maria yang kedua dipakai untuk menghormati Allah Putera, yang telah mengkomunikasikan kebijaksanaan-Nya kepadaku. Di saat kematianmu, Aku akan mengisi jiwamu dengan terang kebijaksanaan itu sehingga segala kegelapan karena ketidaktahuan dan kesesatan akan dilenyapkan.”
“Salam Maria yang ketiga dipakai untuk menghormati Roh Kudus, yang telah mengisi jiwaku dengan kemanisan cintakasih-Nya, kelembutan dan belaskasih-Nya. Di saat kematianmu, Aku akan mengubah kepahitan kematian menjadi kemanisan ilahi dan kemuliaan.”
Menurut St. Gertrudis (1256-1301), Santa Perawan Maria berjanji sebagai berikut: “Bagi jiwa yang setia mendoakan “Tiga Salam Maria”, aku akan hadir pada saat kematianmu dengan kilau keindahan yang sedemikian luar biasa, sehingga keindahan itu akan mengisi jiwa itu dengan penghiburan surgawi.” 
Kemudian, St Leonardus dari Port Maurice, “mendoakan “Tiga Salam Maria” itu pada pagi dan sore hari, untuk menghormati Maria yang tanpa dosa, untuk mendapatkan rahmat untuk terhindarkan dari segala dosa moral , baik pada siang atau malam hari; Maria menjanjikan dengan cara yang sangat khusus, keselamatan abadi kepada semua orang yang melakukan praktek doa ini secara setia dan terus menerus.” 
St Alphonsus Liguori (1696-1787), seorang pujangga Gereja, melakukan praktek doa ini dan merekomendasikan agar orang lain melakukannya juga. Dia menceritakan kepada orangtuanya agar orangtua melatih anak-anak mereka bagaimana menanamkan kebiasaan mempraktekkan doa “Tiga Salam Maria” ini di saat pagi dan sore hari. Setelah Salam Maria, ia menasihatkan agar doa berikut ini diucapkan: “Karena engkau tanpa noda dosa, ya Santa Maria, badanku menjadi bersih dan jiwaku menjadi suci.”
Banyak santa/santo telah menambahkan pada doanya “Tiga Salam Maria”, untuk menghormati kesucian Maria, dan mereka mendapatkan rahmat kesucian hidup.” Praktek doa ini bisa dijadikan sebagai doa harian, dengan menambahkan “Tiga Salam Maria” demi “kesehatan pikiran, hati dan badan”, setelah penelitian batin, sebelum berangkat tidur.

Doa Sebelum Ujian

Ya Tuhan Yesus,
Engkau memahami kesulitan-kesulitan yang kami hadapi
Engkau juga memahami tekanan-tekanan yang sedang kami panggul di pundak kami.

Kami mohon kepada-Mu, sudilah kiranya Engkau membimbing kami,
ketika kami menjalani ujian hari ini,
sehingga kami dapat mengerjakannya dengan baik sekali.

Bukalah pikiran kami.
Terangilah pikiran kami,
dan anugerahkanlah kepada kami konsentrasi yang penuh,
sehingga kami dapat menggunakan pengetahuan yang sudah kami peroleh
untuk membangun kerajaan-Mu dan demi kebaikan semua orang. Amin.

Kamis, 26 Mei 2011

Permohonan Khusus Melalui Santa Rita

Ya Santa Rita, yang dianugerahi oleh Allah kuat kuasa khusus sehingga dikenal sebagai Santa yang mampu melampaui kemustahilan.

Aku datang kepadamu dengan penuh kepercayaan karena aku sungguh membutuhkan pertolonganmu. Engkau tahu dengan baik cobaan seperti apa yang sedang aku alami sekarang, karena engkau sendiri pernah berkali-kali menanggung beban di dalam hidupmu sendiri.

Datanglah kepadaku dan berikan kepadaku bantuan, berbicaralah padaku, berdoalah bersamaku, jadilah engkau perantara bagiku kepada Allah Bapa.

Aku tahu bahwa Allah adalah Pribadi yang memiliki kemurahan hati yang luar biasa tanpa batas, dan bahwa Allah adalah Bapa yang paling mencintai. Gabungkan doamu dengan doaku dan buatlah Allah berkenan memberikan kepadaku rahmat yang aku inginkan.

(Rumuskan sendiri permohonan anda …)

Engkau yang berkenan di hadapan Allah dan di hadapan dunia, dan engkau pula yang berkenan di hadapan Allah di atas surga sana.

Aku berjanji untuk memakai anugerah ini, jika diberikan, demi lebih baiknya hidupku, untuk mewartakan belaskasih Allah, dan untuk membuat engkau lebih dikenal secara luas dan dicintai.
Amin.

Sabtu, 21 Mei 2011

Doa di Saat Kesulitan Keuangan

Tuhan yang Mahakasih, di saat yang tidak menentu ini,
Jadilah batu karang kami di dunia yang dibangun di atas pasir ini.
Jadilah oase rahmat dan damai di dunia yang penuh ketegangan dan kekacauan ini.

Bantulah kami untuk membawa salib kami dengan penuh rahmat karena Engkau telah melakukannya di atas kayu salib kesengsaraan-Mu.
Bantulah kami untuk mengikuti bimbingan cahaya-Mu di tengah kegelapan ini.
Bantulah kami untuk melihat kehendak-Mu di segala peristiwa dan menunjukkan kepada orang lain penghiburan dan kekuatan-Mu.

Jagalah kami agar kami tetap tenang ketika kemarahan berkobar menyala sengit;
Jagalah kami agar kami tetap sehat ingatan di dunia yang sudah gila ini;
Jagalah kami agar kami tetap fokus pada rumah-rumah di surga dan bukan pada rumah-rumah dunia yang runtuh di sekitar kami;
Jagalah mata kami agar berfokus pada hadiah surgawi dan tidak kehilangan harapan di dalam Engkau, baik di dunia sekarang ini maupun di dunia yang akan datang.

Buatlah kami bisa ikut prihatin dan ambil bagian dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ini bersama dengan orang lain;
Biarkan kami melihat pekerjaan kami, sebagai bagian memanggul salib kami sendiri dan ikut ambil bagian dalam sengsara-Mu, karena didorong oleh cinta-Mu, dan demi keselamatan jiwa-jiwa, termasuk keselamatan jiwa kami sendiri.
Dan semoga seluruh kesulitan yang kami alami akhirnya menuju kepada kebaikan dan kemuliaan-Mu. Amin.

Jumat, 20 Mei 2011

Doa dalam Penderitaan

Ketika hidupku hampa, hatiku tak puas, semangatku meredup, Kristus yang lahir di kandang Betlehem, lahirlah di dalam hatiku.

Ketika aku menemukan pencobaan dalam hidupku, dan kemakmuran, keadilan serta kenikmatan, sulit didapatkan, Kristus yang dalam digoda oleh Setan di padang gurun, doakanlah aku.

Ketika kegembiraan karena kesehatan, karena kebahagiaan, karena kesejahteraan, dan kehangatan yang aku rasakan karena cintakasih Allah yang aku alami, Kristus yang berjalan keliling desa Galilea, berjalanlah bersama aku.

Ketika aku mencari kepentinganku sendiri, kebaikanku sendiri di hadapan Allah dan sesama, Kristus yang membersihkan bait Allah, bekerjasamalah dengan aku.

Ketika keputusan-keputusan sulit dibuat dan aku tidak mampu untuk melihat jalan ke mana aku harus melangkah, Kristus yang berada di taman Getsemani, menangislah bersama aku.

Ketika aku berhadapan dengan situasi pahit, penderitaan dan kegagalan, dan hatiku berteriak “Mengapa aku ya Tuhan.”, Kristus yang berada di gunung Kalvari, tinggallah bersama aku.

Ketika akhirnya aku mengalami jalan buntu dalam perjalananku dan di dalam membawa hidupku ke arah yang Kaukehendaki, Kristus yang telah keluar dari liang kubur, datanglah padaku.

Tuhan, temukanlah iman di dalam penderitaan, sakit, dan kegagalan yang aku hadapi. Semoga aku selalu berada di dalam Engkau. Amin.

Doa untuk Orang Sakit


Doa untuk orang sakit di kamar sakit dan dipimpin oleh petugas pelayan doa adalah salah satu cara yang dengannya si sakit dibawa kepada situasi untuk tetap bisa berhubungan dengan Tuhan, dalam keadaan apa pun juga. Pelayan doa itu telah menempatkan diri sebagai pihak kedua. Dia adalah representasi dari si sakit yang sedang menderita. Ia menempatkan dirinya, pikirannya dan jiwanya pada diri orang yang sedang sakit, dan membawa dirinya bersama dengan orang sakit itu menghadap kepada Tuhan.

Doa dalam kondisi seperti itu merupakan suatu proses belajar-mengajar. Pasien adalah pembelajar, sedangkan pelayan doa itu adalah gurunya, dan Tuhan adalah perkaranya. Guru yang baik mengetahui muridnya dan mengenal perkaranya. Maka sang guru itu harus tahu tentang kebutuhan pasien dan tahu tentang sumberdaya alam semesta yang mau ia bawa ke alam pikiran pasien.

Apakah Tuhan akan menanggapi doa orang sakit? Ya, tetapi tidak sembarang doa. Isi doa dari ruang kamar sakit sama seperti isi tempat makanan untuk orang sakit. Di sana ada telor rebus, bubur, sayur bening. Begitu juga doa di ruang kamar sakit. Pasien yang mengatakan: “Tuhan berikanlah kepadaku kekuatan untuk dapat menanggung rasa sakit,” dan “berikankanlah kepadaku kesabaran untuk menemukan pemahaman yang lebih besar mengenai Engkau melalui rasa sakit ini,” lebih menerimanya secara langsung daripada pasien yang mengatakan: “Tuhan, ambillah rasa sakit ini daripadaku,” atau, “Tuhan, aku tidak kuat menanggung penderitaan ini,” atau “biarkanlah aku mati saja daripada menderita seperti ini.”

Berdoalah sesuai dengan kebutuhan pasien dalam terang kondisi sakitnya yang sekarang ia alami, sesuai dengan keadaan fisik maupun keadaan rohaninya. Tanggapan tidak akan muncul karena doa kita seperti itu, tetapi dari waktu ke waktu orang akan mengetahui secara lebih dalam apa arti doa tersebut.

Doa Mohon Istirahat
Tuhan, aku lelah dengan segala kegelisahan yang aku alami pada hari-hari ini. Buatlah aku lebih tenang. Buatlah aku lebih damai di dalam jiwaku. Seluruh sarafku menjadi begitu tegang selama hari-hari ini. Buatlah aku menjadi lebih mengerti bahwa diriku memang harus beristirahat di atas tempat tidur ini, sedemikian rupa seperti saya beristirahat di dalam Engkau dan di dalam dukungan-Mu. Dalam damai-Mu aku akan tetap tinggal setia menjalani hari-hari hidupku. Di dalam rumah-Mu perkenankan aku berbaring di pangkuan-Mu. Seperti seorang tamu boleh beristirahat setelah menempuh suatu perjalanan; demikian juga perkenankanlah aku beristirahat di rumah-Mu Tuhan sepanjang masa. Amin.

Doa Mohon Bisa Tidur
Tuhan yang kekal dan kuasa, di dalam keheningan sore dan keteduhan malam yang kelam ini, anugerahkanlah kepadaku tidur yang aman dan istirahat. Seperti ciptaan-Mu yang lain, bisa berbaring di pepohonan; seperti burung dapat tenang di sarangnya; seperti binatang liar di lubang persembunyian. Perkenankanlah aku bisa tidur tenang mencerminkan kepercayaanku kepada-Mu Tuhan. Dan dalam jaminan-Mu aku bisa tidur dalam damai-Mu. Dalam tidurku berikanlah kepadaku kepasrahan karena persekutuan para kudus bersama-Mu mendampingi aku, dan biarkanlah aku mempercayakan seluruh hidupku dalam rangkulan cinta-Mu. Amin.

Doa Mohon Kesembuhan
Tuhan, Engkau mengundang siapa saja yang hidupnya berbeban, untuk datang kepada-Mu. Biarlah tangan-Mu menjamah aku dan menyembuhkan aku. Sentuhlah jiwaku dengan belarasa-Mu terhadap orang lain. Sentuhlah hatiku dengan keberanian dan cinta-Mu yang tak terbatas bagi semua orang. Sentuhlah pikiranku dengan kebijaksanaan-Mu, supaya mulutku senantiasa mewartakan pujian-Mu. Ajarlah aku supaya aku cepat-cepat menemui Engkau di saat-saat aku membutuhkan-Mu, dan bantulah aku agar aku mampu membimbing orang lain sehingga mereka dapat berjumpa dengan-Mu karena keteladananku. Hati kudus Yesus yang penuh cinta, bawalah kesehatan di dalam tubuhku dan bawalah kesehatan juga di dalam pikiranku sehingga aku mampu melayani Engkau dengan segala kekuatanku. Sentuhlah hidupku dengan lembut, yakni hidup yang telah Engkau ciptakan, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Doa Sebelum Operasi
Allah yang Mahakasih, kami percayakan diri kami dalam pemeliharaan-Mu hari ini, bimbinglah dengan kebijaksanaan dan ketrampilan berpikir dan bertindak dari tangan para tenaga medis, yang melayani kami dalam nama-Mu; dan anugerahkanlah kepada kami anugerah-Mu bahwa semua penyebab dari sakit dapat Kau ubah. Semoga kami dapat mengalami sehat sebagaimana kemarin dan perkenankan kami boleh belajar menghayati hidup dalam keselarasan dengan ENgkau dan siapa saja yang ada di sekitar kami. Dengan perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.
Di dalam tangan-Mu, kami serahkan tubuh dan jiwa kami. Amin.

Doa untuk Para Dokter dan Perawat
Allah Bapa yang berbelas kasih, engkau menciptakan manusia seturut dengan gambaran-Mu sendiri. Engkau telah membuat tubuh manusia menjadi kenisah bagi Roh Kudus, yang menguduskan, kami berdoa kepada-Mu untuk para dokter dan para perawat dan semua orang yang Kau panggil untuk belajar dan mempraktekkan ilmu penyembuhan untuk orang sakit, dan pencegahan sakit dan penderitaan. Kuatkanlah mereka di dalam tubuh dan jiwanya,,dan berkatilah pekerjaan mereka, sehingga mereka dapat memberikan penghiburan bagi mereka karya penyelamatan-Mu diwujud-nyatakan dalam diri Yesus Kristus putera-Mu, yang menjadi manusia, hidup di dunia, menyembuhkan orang sakit, menderita dan wafat di kayu salib. Amin.
Doa Sesudah Operasi
Allah Penyelamat kami,kami bersyukur kepada-Mu bahwa operasi ini berjalan dengan aman, dan sekarang kami harus istirahat dalam penyertaan-Mu yang setia, buatlah kami menjadi rileks dari segala ketegangan, melepaskan segala kecemasan, dan makin mengalami kesembuhan karena sentuhan-Mu yang menyembuhkan hidup kami, dan membuat keberadaan kami makin penuh sempurna. Di saat-saat sakit, kami akan kembali kepada-Mu menemukan kekuatan, di saat kami sendirian, kami merasakan kehangatan cinta-Mu. Berikanlah kepada kami anugerah-Mu bahwa hidup, kegembiraan dan cinta-Mu mengalir dalam diri kami karena kesembuhan orang lain dalam nama-Mu. Amin.

Doa Persembahan Pagi

Allah Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini.

Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putera-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia.

Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja di negeri ini. Amin.

Kamis, 19 Mei 2011

Pujian kepada Maria Bintang Kejora

“Dan nama perawan itu Maria.” Marilah kita sejenak merenungkan kata-kata itu. Bintang laut, itulah terjemahan dari nama Maria. Ibu yang Perawan, itulah yang boleh ditambahkan pada terjemahan itu. Memang Maria dapat dibandingkan dengan sebuah bintang. Bintang menyinarkan cahayanya tanpa kehilangan kekuatan sinarnya. Demikian pula Maria, ia melahirkan Puteranya tanpa ternoda keperawanannya. Cahaya tak mengurangi gemerlap bintang, demikian pula Putera tak mengurangi keutuhan Sang Perawan.
Ya, dialah bintang kejora keturunan Yakob. Sinarnya menerangi seluruh bumi, cahayanya gemerlap menjulang di langit yang tinggi, terjun menembus di kedalaman yang membumi. Sinarnya membanjiri seluruh dunia, lebih menghangatkan hati daripada badan, memperbanyak keutamaan, membinasakan kedosaan. Dialah bintang yang hebat, luar biasa, yang bernyala karena jasanya, yang nyalanya terbentang di atas laut, yang bersinar karena teladannya.
Jika dalam pusaran kehidupan ini kamu diombang-ambingkan badai dan ketidakpastian, dan tak lagi dapat menapakkan dirimu pada dataran yang aman, jangan kau palingkan matamu dari cahaya bintang itu, agar kau tak terhempas mengenaskan. Jika topan godaan mengancammu, jika awan hitam kemuraman menimpamu, tengadahkanlah diri ke bintang itu, dan panggilah Maria.
Jika kamu dihempaskan ke sana ke mari oleh gelombang kesombongan, kegila-hormatan, keirihatian, berserulah pada Maria. Jika perahu rohmu dihantam oleh kemarahan, keserakahan dan kenikmatan daging: pandanglah Maria. Jika kamu tersandung karena langkahmu yang megah, bingung oleh nuranimu yang sesat, gemetar oleh pengadilan yang akan dikenakan padamu, jika kamu dekat dan hampir terjungkir pada tebing keputusasaan dan jurang kegundah-gulanaan, palingkanlah pikiranmu pada Maria. 
Dalam bahaya, dalam ancaman, dalam keraguan, alihkan pikiranmu ke Maria, panggilah namnya. Janganlah namanya pergi dari bibirmu, hilang dari hatimu. Untuk memperoleh doanya, janganlah kau lupa meneladan tingkah lakunya. Jika kamu meneladannya, kamu tak akan tersasar. Jika kamu memanggilnya, kamu takkan terlempar dalam kebingungan. Jika ia memegangimu, kamu takkan tersandung jatuh.
Jika ia melindungimu, tak perlu lagi kamu takut dan gentar. Jika ia membimbingmu, kamu tak kan letih lesu. Jika ia berbelaskasih padamu, kamu akan sampai pada tujuanmu dengan bahagia. Dan kamu akan mengalami sendiri, betapa benar kata-kata ini:”Nama perawan itu adalah Maria.” 

- Bernhard von Clairvaux

Belajar dari Pieta Michael Angelo

Di Basilika Santo Petrus Roma ada sebuah patung yang sangat terkenal di seluruh dunia, namanya Pieta. Pemahatnya, yang juga melukis kapel Sistina, Michael Angelo Buonarotti (1474-1564). Dia membuat patung ini ketika masih berusia 22 tahun. Dia orang jenius dan luar biasa, seorang pemahat, pelukis, penyair dan arsitek sekaligus.

Patung ini menggambarkan penderitaan, kepedihan dan kepiluan Bunda Maria yang sedang memangku Puteranya, Yesus, yang sudah wafat. Hatinya seperti disayat sembilu. Injil Lukas melukiskan: “Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu:  ...dan sebilah pedang akan menembus jiwamu sendiri ...” (Lk 2: 34-35).

Bagi seorang ibu, tidak ada kesedihan yang lebih besar daripada menyaksikan anak yang dikasihinya meninggal di pangkuannya. Tidak ada kepiluan yang lebih dalam daripada melihat anaknya meninggal di hadapannya, di depan mata kepalanya sendiri! Bahkan dalam kematian yang wajar pun, seorang ibu mengalami kesedihan yang sangat dalam. Suatu ketika ada seorang ibu datang kepada saya, menceritakan perihal anaknya yang meninggal karena kanker otak. Ibu itu masih memperlihatkan kemarahannya ketika bercerita.

Meski sudah 12 tahun anaknya meninggal, kekecewaan dan kemarahannya belum tersembuhkan. Peristiwanya sudah terjadi 12 tahun yang lalu, dan sampai sekarang ibu itu masih berduka cita dan marah. Kematian anaknya wajar, karena penyakit. Bisa kita bayangkan, betapa lebih besar dan betapa lebih dalamnya kesedihan itu bila kematian anaknya tidak wajar, bila kematiannya tidak alamiah; bila kematian yang terjadi itu memang menjadi sasaran perbuatan orang lain yang disengaja. Betapa besar kepedihan dan mungkin juga kemarahan dan dendamnya!

Tragisnya, ada orang yang bersenang-senang dan bergembira melihat orang lain menderita. Ada orang-orang yang mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain, bahkan dijadikan proyek, dan bahkan dengan sengaja menyebabkan penderitaan dan kematian orang-orang lain, yang nota bene sesama manusia dan sesama ciptaan Tuhan. Dan lebih tragisnya lagi, bahkan mengatasnamakan Tuhan dan agama!

Selalu ada orang-orang yang bergembira dan menari-nari di atas penderitaan orang lain, bahkan mereka sendirilah yang menjadi penyebab, karena mereka bisa mengambil manfaat dari itu. Kita bisa bertanya, apakah hal ini yang sedang terjadi di sekitar kita, di negeri kita yang tercinta ini?

Dengan segala macam teror dan kekerasan sistematis yang sengaja diciptakan? Dengan segala bentuk tindakan intimidasi yang dirancang untuk memperoleh kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan, demi tercapainya kepentingan pribadi, atau demi kepentingan kelompok atau golongan tertentu? Ada berapa banyak ibu yang kehilangan anak-anak mereka? Ada berapa isteri yang kehilangan suami? Ada berapa anak yang kehilangan orangtua mereka? Dan betapa dalamnya kepedihan mereka yang kehilangan orang-orang yang dikasihinya?

Dalam Injil Yoh 19:25-27, Yesus, yang tergantung di kayu salib, berkata kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu”, dan kepada Yohanes: “Inilah ibumu”. Maria memberikan seluruh hidupnya untuk Tuhan, dia melaksanakan kehendak Tuhan. Kata Maria kepada malaikat Gabriel: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Lk 1: 38).

Di dalam Injil, Maria selalu hadir demi Yesus, Puteranya. Dia selalu menunjuk kepada Yesus dan bukan kepada dirinya sendiri, sejak kelahiran Yesus di Bethlehem sampai ke puncak Kalvari. Seolah-olah Maria mau berkata: “Lihatlah, apa yang telah mereka perbuat terhadap Puteraku”.

Maria hadir pada puncak penderitaan: sengsara dan wafat Puteranya di kayu salib dan Maria menerima kembali Puteranya yang sudah wafat di pangkuannya. Yohanes, wakil dari Gereja, wakil kita semua, ditantang, apakah kita mau menerima Maria sebagai ibu kita? Menerima Maria sebagai ibu berarti siap menghadapi segala macam penderitaan dan tidak menutup mata terhadap penderitaan sesama.

Rabu, 18 Mei 2011

Doa Pagi

Sungguh besar Engkau ya Tuhan!

Aku berterima kasih kepada-Mu ya Tuhan karena anugerah hari baru ini untuk aku.
Aku berterima kasih kepada-Mu karena anugerah matahari dan langit biru.
Aku berterima kasih kepada-Mu karena pemberian udara segar nan sejuk.
Aku berterima kasih atas telur mata sapi, nasi goreng, kerupuk udang, dan kopi panas yang menghangatkan tubuhku.

Bantulah aku ya Tuhan, untuk mengingat bahwa segala sesuatu yang aku terima ini berasal dari-Mu. Bantulah aku selalu untuk bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu.

Ya Tuhan, bantulah aku supaya hari ini sungguh hari yang baik untuk aku.
Ampunilah aku karena aku telah mengisi waktu-waktuku yang lampau dengan pekerjaan-pekerjaan yang aku kehendaki, dan bukan pekerjaan-pekerjaan yang Engkau kehendaki.

Hari ini adalah sebuah hari yang baru, dan aku akan memulainya dengan pekerjaan-pekerjaan yang sungguh baru sama sekali, karena Engkau telah mengampuni aku.

Bantulah aku agar hari ini menjadi hari yang sungguh penuh berkat.
Gunakan aku untuk dapat membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang Engkau cintai.

Ya Tuhan, cinta-Mu melebihi segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Dan Engkau mencintai aku.
Bantulah aku untuk selalu ingat akan hal ini.

Aku berterima kasih kepada-Mu ya Tuhan. Amin.

Senin, 16 Mei 2011

Benih Tumbuh Sendiri

Yesus bersabda: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” (Mrk 4: 26-29)

Orang modern berpikir bahwa ia dapat mengerjakan segala sesuatu dengan teknologi dan merasa bertanggung jawab untuk segala sesuatu. Ia tidak percaya apa yang terjadi tanpa dia. Ia tidak bisa lagi membiarkan segala sesuatu terjadi dengan sendirinya. Ia harus mengendalikan.

Ketika kita tidak bisa mempersilakan dan membiarkan Tuhan bekerja, kita lupa bahwa Dia membawa rencana-Nya dan membimbing segala sesuatu yang terjadi berjalan serarah dengan tujuan yang sudah dirancang-Nya. Sebaliknya, Yesus, meski mengalami kesulitan dan beban dalam menyelamatkan dunia, tetap saja Dia memberikan perhatian kepada individu-individu, meluangkan waktu untuk berdoa, merenungkan alam semesta, menyapa dan menerima anak-anak, menghadiri pesta perkawinan, dan melakukan relaksasi.
Dalam segala tindakan-Nya itu, Dia tahu, bahwa Allah bekerja dan benih itu bertumbuh. Apakah kita tahu bagaimana seharusnya kita rileks tetapi tetap dalam nama Allah, bagaimana kita dapat percaya di dalam-Nya? Apakah kita mempersilakan Allah menunjukkan kepada kita apa yang menjadi prioritas-prioritas kita?

Kita harus bersabar dengan diri kita sendiri: meskipun perkembangan berjalan lamban, Allah sedang bekerja di dalam kedalaman tanah hati kita. Ketidaksabaran kerapkali datang dari kesombongan diri kita. Kita ingin sempurna; tetapi kita lupa bahwa pertumbuhan segalanya, entah alamiah ataukah spiritual, merupakan proses yang lamban, dan akhirnya diberikan oleh Allah sendiri. Untuk menyesuaikan diri dengan kecepatan Allah, kita harus menyerahkan diri kita kepada-Nya dengan kepercayaan penuh.

Seperti kita baca dalam iklan: “Bantulah menjaga hutan yang terbakar: hanya Allah yang dapat membuat pohon.” Demikian juga, hanya Allah dapat membuat manusia menjadi baru.

Doa Mohon Kesetiaan dalam Perkawinan

Ya Bapa surgawi, kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau telah menganugerahkan kepada kami hidup untuk saling mencintai satu sama lain di dalam perkawinan. Engkau menghendaki kami agar kami dapat mengalami kepenuhan dan harapan hidup saling mencintai itu di dalam hidup perkawinan kami.

Engkau melihat sendiri kapan kami gagal dalam menghayati nilai-nilai cintakasih yang sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki. Engkau juga tahu kapan kami mengalami kegagalan dalam membangun relasi kami satu sama lain. Maka, bantulah kami agar kami mau menerima tanggungjawab dalam menjalani hidup perkawinan kami, dan buatlah kami mampu untuk meminta maaf dan saling memberikan pengampunan satu sama lain dalam hidup kami.

Semoga kami tidak pernah membalas dendam ketika kami merasa dipersalahkan, tetapi bantulah kami untuk membuat pilihan-pilhan yang mampu menunjukkan kepada pasangan kami bahwa kami telah membuat komitmen untuk saling mencintai, yang senantiasa akan kami jaga bersama.

Semoga kami tidak pernah meremehkan komitmen ini, tetapi memilih untuk dapat menghayatinya di dalam hidup perkawinan kami. Semoga kami masing-masing mampu menentukan diri sendiri untuk menunjukkan kesetiaan, komitmen, kesabaran, kebaikan hati dan cinta di dalam cara kami berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.

Ya Allah, Bapa yang Maha baik, semua permohonan kami ini kami haturkan kepada-Mu dalam nama Putera-Mu Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami, yang mengajarkan dan memberikan teladan kepada kami tentang bagaimana kami harus hidup saling mencintai. Amin.

- Anne Nickel

Sabtu, 14 Mei 2011

Ajarilah Aku Mendengarkan

Tuhan, ajarilah aku mendengarkan
mereka yang dekat padaku,
keluargaku, teman-temanku, dan kerabat kerjaku.

Bantulah aku memperhatikan, apa kata-kata yang kudengarkan.
Di dalam selalu terkandung pesan,
“Terimalah aku sebagai aku. Dengarkanlah aku.”

Tuhan, Kau yang penuh perhatian,
Ajarilah aku mendengarkan
mereka yang jauh dariku –
bisikan-bisikan mereka yang tak mempunyai harapan
keluhan-keluhan dari mereka yang terlupakan
seruan-seruan mereka yang dilanda kekhawatiran.

Tuhan, ajarilah aku mendengarkan diriku sendiri.
Bantulah aku, agar aku tak takut
Mempercayai suara dalam hatiku –
suara batinku yang terdalam.

Ya Roh Kudus, ajarilah aku mendengarkan suara-Mu,
dalam kesibukan atau dalam kejenuhan,
dalam kepastian atau dalam keraguan,
dalam kegaduhan atau dalam kesunyian.

Ya Tuhan, ajarilah aku mendengarkan.
Amin.
- John Veltri SJ

Tuhan, Siapakah Aku?

Ya, Tuhan, Siapakah Aku?
Siapakah aku sesungguhnya?
Orang lain berbicara banyak tentang aku.
Adakah aku ini adalah pribadi
seperti yang mereka bicarakan itu?
Atau, adakah aku ini hanyalah pribadi
yang tentangnya hanya aku sendiri yang tahu?

Dan inilah yang kutahu tentang diriku:
resah, penuh harap dan sakit, laksana burung dalam sangkar,
bergulat untuk bisa bernafas,
seolah-olah ada tangan-tangan yang mencekik leherku,
rindu akan indahnya warna, bunga-bunga,
dan suara-suara burung di udara,
haus akan kata-kata yang hangat dan ramah,
akan persahabatan dan kedekatan,
berharap cemas akan terjadinya keajaiban,
gemetar tak berdaya menanti sahabat
di kejauhan yang tak kunjung datang,
gelisah dan hampa dalam berdosa, berpikir, dan berbuat,
pingsan, dan siap sedia untuk mengucap selamat tinggal
terhadap semuanya tadi.

Siapakah aku sesungguhnya?
Orang-orang menertawakan aku,
dan akhirnya, Tuhan, segala pertanyaan tentang siapa diriku,
hanyalah Engkau sendirilah yang tahu.
Tuhan aku adalah milik-Mu.
- Dietrich Bonhoeffer

Rabu, 11 Mei 2011

Doa Pelajar Bersama Santa Rita

Bersama engkau, ya Santa Rita, aku bersujud di hadapan Allah, Kebijaksanaan alam semesta dan Terang intelektualitas manusia.

Agar aku mampu mempelajari berbagai latihan di dalam studiku, aku membutuhkan konsentrasi. Karena itu, bantulah aku agar aku mampu untuk berkonsentrasi, seperti engkau selalu melatih aku untuk bisa bermeditasi.

Aku ingin agar engkau membantu aku untuk dapat mencapai ketenangan batin dengan cara menguasai nafsu-nafsuku yang tidak teratur, dan meraih ketentraman lahir dengan cara menjauhkan aku dari segala gangguan yang datang dari luar diriku.

Aku membutuhkan intuisi, karena itu buatlah aku menjadi gampang untuk menangkap apa yang menjadi intisari dari bahan-bahan pembelajaranku. Aku membutuhkan ingatan yang kuat, karena itu bantulah aku agar ingatanku menjadi kuat.

Di atas semua itu, ya Santa Rita, aku perlu mendidik diriku sendiri melalui studi mengenai yang Ilahi, dan menghayati relasiku dengan yang Ilahi itu di saat sekarang ini dan di saat nanti di dalam kehidupan abadi.

Ya Santa Rita, untuk semua ini aku mohon kepadamu, agar engkau sudi membimbing aku ke arah kebaikan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Terima kasih. Amin.

Doa Mohon Keberanian


Ya Bapa yang Mahabaik,
Aku berdoa mohon keberanian untuk memulai hari ini, karena aku tahu bahwa di depan mataku banyak hal yang harus aku kerjakan, banyak beban yang harus aku bawa, banyak perasaan yang harus aku bagikan, dan banyak kegembiraan yang harus aku rayakan.

Berikanlah kepadaku keberanian untuk diam, supaya aku mampu mendengarkan suara-Mu; berikanlah kepadaku ketekunan, supaya aku mampu untuk membagikan kemenangan-Mu; dan ingatkanlah aku supaya aku tidak lupa akan arah jalan yang Kautunjukkan kepadaku.

Dan ketika hari ini berlalu, ya Tuhan, perkenankanlah aku memiliki keberanian untuk melihat bimbingan tangan-Mu di dalam persahabatan yang sudah terjalin selama ini, di dalam luka dan penderitaan yang sudah tersembuhkan, dan di dalam kekuatan yang sudah terbagikan. Amin.

Santa Rita dari Cascia

Rita (1381-1457) adalah nama seorang Santa, dan dikenal sebagai pelindung bagi orang-orang yang mengalami banyak kesulitan di dalam hidupnya. Dia adalah orang yang murah hati, suka mengampuni, dan pejuang perdamaian. Rita ditetapkan sebagai Santa oleh Paus Urbanus VIII pada tanggal 24 Mei 1900.

Rita lahir pada tahun 1381 di Rocca Porena dekat Cascia di Keuskupan Spoleto Italia. Sejak usia muda Rita sudah berkeinginan untuk menjadi seorang suster, tetapi demi ketaatannya kepada keinginan orangtuanya, maka pada umur 14 tahun ia menikah dengan Paulo Mancini, seorang lelaki kaya yang berperilaku kasar dan kejam. Rita mempunyai pengaruh yang baik bagi kehidupan pribadi Paulo. Oleh karena itu, mereka hidup harmonis selama 18 tahun dan dikaruniai dua orang anak.

Ketika suaminya meninggal karena peristiwa pembunuhan yang bermotivasi politik, kedua anaknya, yaitu: James Anthony dan Paul Maria, marah dan ingin membalas dendam. Rita dengan penuh kasih sayang membujuk anak-anaknya agar mereka tidak melakukan balas dendam. Ia sendiri juga sudah mengampuni si pembunuh suaminya itu. Ia berdoa agar anak-anaknya tidak membalas dendam terhadap si pembunuh dan tidak menjadi korban kejahatan pembunuhan berikutnya. Dan memang betul, anak-anaknya meninggal bukan karena pembunuhan tetapi karena penyebab biasa yang alami.

Setelah hidup menjanda dan tanpa keluarga, Rita ingin memenuhi keinginannya untuk menjadi suster. Pada awalnya, suster-suster Agustinian yang hidup di biara Santa Maria Magdalena di Cascia tidak ingin menerima dia, karena Rita adalah seorang perempuan yang telah kawin, dan karena saudara-saudara suster dari Paulo si pembunuh suami Rita itu tinggal di biara Agustinian tersebut. Menghadapi kesulitan seperti itu, Rita tetap bersikeras untuk bisa menjadi suster di biara tersebut. Ia berdoa dan bekerja untuk menciptakan perdamaian di antara faksi-faksi yang bermusuhan di Cascia. Karena campur tangan yang Ilahi maka akhirnya Rita dapat diterima di biara tersebut.

Rita tinggal di biara Santa Maria Magdalena di Cascia itu selama 40 tahun. Lima belas tahun sebelum meninggal, pada saat berdoa, ia menerima mahkota di atas kepalanya, yaitu mahkota dari Tuhan Yesus sendiri. Selama empat tahun terakhir dari hidupnya ia jatuh sakit, dan meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 1457. Jenasahnya diawetkan dan disimpan di Gereja Santa Rita di Cascia.

Rita menjadi suci karena daya kekuatan Tuhan Yesus Kristus yang dia temukan melalui penghayatan spiritualitas Agustinian. Spiritualitas Agustinian berlandaskan pada prinsip-prinsip yang ditemukan di dalam Kitab Suci dan dibimbing oleh pemikiran-pemikiran St. Agustinus dari Hippo. Sabda Tuhan bagi kita orang kristiani adalah tempat utama untuk perjumpaan dengan Allah dan tempat penemuan misteri cinta dan tindakan Allah di dunia ini.

“Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan irihati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Rom 13:13-14).

Selasa, 10 Mei 2011

Doa kepada Bunda Maria Ratu Para Rasul

Ya Maria, engkaulah Bunda yang melahirkan sang Sabda menjadi manusia. Hadirlah di tengah-tengah kami: bantulah, semangatilah, dan hiburlah mereka yang menjadi pelayan sang Sabda.

Ya Maria, engkaulah Ratu para Rasul, dampingilah kami sebagai pewarta kabar sukacita Allah agar kami mampu menjadi terang bagi segala bangsa sehingga Injil Kerajaan Allah mampu tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Ya Maria, Bunda Yesus, yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Jadilah pengantara bagi kami semua, sehingga Kerajaan Surga dipenuhi dengan mereka yang menyanyikan lagu kemuliaan kepada Allah Tritunggal yang Mahakudus. Amin.

- Blessed James Alberione

Rahasia Memerangi Kejahatan

Pada suatu hari sang Guru berkata: “Kamu belum siap untuk memerangi kejahatan sampai kamu memiliki kemampuan untuk dapat melihat apa yang baik yang dikerjakan oleh kejahatan.”

Pernyataan sang Guru itu membuat para muridnya bingung, tetapi sang Guru tidak berusaha untuk menjelaskannya.

- Anthony de Mello, Awakening:
Conversations with the Master,
365 Daily Meditations, No. 308,
Loyola Press: Chicago.

Senin, 09 Mei 2011

Doa Penyerahan kepada Bunda Maria

Santa Maria, Bunda Tuhan kami Yesus Kristus, engkaulah Ratu dunia termulia. Sudilah engkau menjadi ratu kami semua. Tunjukkanlah kepada kami jalan menuju kesucian dan bimbinglah kami supaya jangan tersesat.

Kuasailah budi kami, supaya kami hanya mencari yang benar.
Kuasailah kehendak kami, supaya kami hanya menginginkan yang baik.
Kuasailah hati kami, supaya kami saling mengasihi sebagai saudara.
Kuasailah diri kami masing-masing dan segenap anggota keluarga.
Kuasailah segenap warga masyarakat, segala bangsa dan pembesar-pembesar dunia.
Sudilah engkau menjadi tali pengikat mereka semua dalam persatuan yang teguh.

Kuasailah seluruh umat manusia.
Bukakan jalan iman bagi mereka yang belum mengenal Putramu, Yesus.
Bantulah agar segala bangsa bersatu padu, hidup rukun dan damai.
Naungilah seluruh umat manusia, lebih-lebih mereka yang dianiaya dan dikejar-kejar.
Tabahkanlah mereka yang berada di dalam penderitaan, dan terangilah mereka yang berada di dalam kegelapan, agar mereka tetap setia kepada Yesus, Puteramu.

Hantarlah semua permohonan kami kepada Putramu, sang Maharaja kerajaan damai, tempat setiap doa permohonan dikabulkan, setiap beban hati diringankan dan segala kelemahan disembuhkan.
Semoga orang yang mengenal kekuasaan-Nya dan menaruh harapan pada-Nya, sekali waktu melihat kemegahan Kerajaan Putramu, yang bersama Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin

Kamis, 05 Mei 2011

Ketika Bilang Jelek

Sang Guru melanjutkan ceritanya lagi tentang seorang pengusaha hotel yang berkeluh-kesah karena dengan dibangunnya jalan baru oleh pemerintah menyebabkan bisnis hotelnya kosong pelanggan.

 “Lihat”, kata seorang teman. “Aku sungguh tidak bisa mengerti kamu. Aku melihat bahwa tidak ada tanda-tanda sepi di setiap malam di depan hotelmu.”

 “Kamu tidak bisa menilai dengan cara seperti itu. Sebelum jalan itu dibangun, aku biasa mendapatkan tamu sejumlah 30 atau bahkan 50 orang setiap hari. Dan sekarang, aku tidak pernah mendapatkan lebih dari 25 orang.”

Tambah sang Guru: “Ketika kamu menentukan bahwa dirimu merasa jelek, bahkan juga menyangkut tiadanya pelanggan dalam bisnismu, maka jadilah nyata apa yang kamu tentukan itu.”


- Anthony de Mello, 1998, Awakening: Conversations with the Master,
365 Daily Meditations, No. 181, Loyola Press: Chicago.

Doa Mengatasi Marah dan Benci

Bapa yang Mahabaik, kami menyadari bahwa selama ini kami telah memendam rasa marah dan benci terhadap saudara kami, sahabat kami, dan teman sekerja kami. Kami mengakui bahwa ini adalah dosa. Dan kami mohon kepada-Mu, sudilah kiranya Engkau berkenan mengampuni kami.

Sekarang, kami telah mengampuni orang itu. Ingatkan kami, ya Tuhan, agar kami tidak memendam rasa benci dan amarah terhadap orang itu lagi, tetapi buatlah diri kami mampu untuk mencintai orang itu.

Bapa yang Mahabaik, kami memohon kepada-Mu agar Engkau berkenan juga untuk mengampuni orang itu. Kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau mendengarkan dan menjawab permohonan kami. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan dan junjungan kami. Amin.

Doa kepada Santo Yudas Tadeus

Apakah kita pernah menghadapi situasi yang membuat kita menjadi putusasa dan tidak berpengharapan lagi?

Doa kepada Santo Yudas Tadeus, yang gambarnya terpampang di samping, membuat kita menjadi ingat kembali bahwa tak ada sesuatu yang mustahil bagi Allah, dan bahkan ketika kita berada dalam situasi di mana akal sudah tidak bisa berjalan lagi, berdoa kepada Santo Yudas Tadeus yang menjadi pelindung kita di saat-saat keputusasaan seperti itu, memberikan kepada kita efek tertentu yang menyejukkan.

Santo Yudas Tadeus adalah salah satu dari 12 orang yang disebut Rasul (Mrk 3: 18, Mat 10: 3) dalam Injil. Kata “Tadeus” yang berarti “mencintai” mengacu pada nama Yudas yang bukan Iskariot, yang mengkhianati Tuhan. Injil Yohanes menyebut dia pada saat peristiwa perjamuan terakhir sebagai “Yudas, yang bukan Iskariot” (Yoh 14: 22).
Ya Santo Yudas Tadeus, rasul yang mulia, hamba dan sahabat Yesus yang setia, nama pengkhianat yang menyerahkan sang Guru kepada musuh-musuh-Nya, yang menyebabkan banyak orang tidak pernah melupakan engkau. Gereja di seluruh dunia menghormati dan meminta engkau menjadi pelindung orang-orang yang dalam keadaan putusasa, orang-orang yang menghadapi situasi di mana pengharapan tiada lagi.
Doakanlah kami yang sedemikian malang ini; dan dengan sangat kami mohon kepadamu, sudilah kiranya engkau dengan segala kuasa khusus yang engkau miliki, memberikan kepada kami bantuan yang cepat dan segera menjadi nyata, di mana bantuan seperti itu terasa sudah tidak mungkin dan pengharapan sudah sirna sama sekali.

Datangkanlah bantuan di saat kami sangat membutuhkan, sehingga kami boleh mendapatkan penghiburan dan bantuan dari surga, di saat-saat kami sungguh memerlukan bantuanmu, di saat-saat kami menghadapi kebingungan dan penderitaan, di saat-saat khusus seperti ini (sebutkan kesulitan apa yang dihadapi), dan agar kami boleh mendapatkan berkat dari Allah bersama engkau.

Kami berjanji kepadamu, ya Santo Yudas Tadeus yang terberkati, untuk selalu ingat akan anugerah-anugerah agung yang pernah terjadi pada diri kami, dan kami tidak akan pernah berhenti menghormati engkau sebagai pelindung yang sungguh luar biasa agung, dan kami berniat untuk mengerjakan segala sesuatu yang perlu dengan segala kekuatan kami untuk mendorong majunya devosi terhadap engkau. Amin.

Doa Mohon Rendah Hati


Santo Agustinus pernah menulis: “Hanya melalui kerendahan hati seseorang dapat meraih surga. Allah adalah sempurna, dan kesombongan membuat kita jauh dari Dia, tetapi melalui kerendahan hati, kita dapat mendekati Dia.”

Maka, marilah kita jadikan “Doa Mohon Rendah Hati” dari Santa Theresia Lisieux (1873-1897), seorang Pujangga Gereja ini, menjadi doa kita juga. Kita akan belajar dari Yesus tentang kerendahan hati itu, bersama dengan Santa Theresia Lisieux.
Ya, Yesus! Ketika Engkau berada di dunia, Engkau pernah bersabda: “Belajarlah dari Aku, karena Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Dan jiwamu akan mendapatkan kelegaan.” Ya Raja Surgawi, jiwaku sekarang telah mendapatkan kelegaan dengan melihat Engkau berbaju hamba (Flp 2: 7), merendahkan diri dengan membasuh kaki para murid-Mu.

Kemudian aku menjadi ingat akan kata-kata yang pernah Engkau sampaikan seolah Engkau mengajar aku untuk mempraktekkan kerendahan hati: “Apa yang Aku kerjakan adalah untuk memberikan kepadamu teladan: seperti yang telah Aku lakukan, demikian juga harus kamu lakukan. Murid tidaklah lebih besar katimbang gurunya. Suatu ketika kamu tahu akan semua ini, berbahagialah kamu jika kamu mengambil hal-hal itu untuk dilakukan.” (Yoh 13: 15-17).

Aku telah mengetahui semuanya itu ya Tuhan, aku memahami kata-kata yang keluar dari hati-Mu yang lembut dan rendah hati, dengan bantuan rahmat-Mu aku ingin memilih hal-hal itu untuk dipraktekkan. Aku ingin untuk menjadi rendah hati dan menyerahkan kehendakku kepada kehendak saudara-saudariku, tidak melawan mereka dalam segala sesuatu dan tanpa mencari-cari apakah mereka mempunyai hak untuk memerintah aku. Ya Yesus yang aku cintai, tak seorang pun memiliki hak di mana Engkau memberi perhatian, dan Engkau menaati tidak hanya Bunda Maria Perawan Tersuci dan Santo Yosef, tetapi juga mereka yang menganiaya Engkau.
Sekarang aku melihat bahwa Engkau membawa makna terhadap segala hal yang terjadi. Betapa rendah hati Engkau, ya Raja Kemuliaan. Betapa Engkau lemah lembut dan rendah hati hati-Mu yang Engkau perlihatkan bagiku. Ya Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, buatlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.

Rabu, 04 Mei 2011

Doa Paus Yohanes Paulus II

Allah,
Engkaulah Pencipta kami.
Engkau baik dan belas kasih-Mu tiada akhir
Semua makhluk memuji-Mu.

Allah,
Engkau telah memberikan kepada kami, pria dan wanita,
hukum di dalam batin kami, yang dengannya kami harus hidup.
 Lakukanlah kehendak-Mu sehingga tugas-Mu menjadi terpenuhi.

Mengikuti jalan-Mu berarti mengenali damainya jiwa.
Kami mempersembahkan kepada-Mu ketaatan kami.

Bimbinglah kami di dalam segala tindakan yang kami lakukan di dunia ini
Bebaskan kami dari segala kecenderungan jahat, yang mengalihkan hati kami dari kehendak-Mu.
Cegahlah kami dari upaya penggunaan nama-Mu untuk pembenaran tindakan kami yang melawan kemanusiaan.

Ya Allah,
Engkau sendiri adalah yang Tunggal.
Kami menyembah-Mu
Janganlah biarkan kami tersesat dari-Mu.

Ya Allah,
Hakimilah kami semua, pria dan wanita.
Bantulah kami agar kami menjadi orang-orang yang terpilih pada akhir zaman nanti.

Allah,
Pengukir damai dan keadilan
Anugerahkanlah kepada kami kegembiraan sejati dan cintakasih yang tulus.
Dan berikanlah kepada kami juga hubungan persaudaraan yang langgeng di antara segala bangsa.
Penuhilah diri kami dengan anugerah-anugerah-Mu untuk selama-lamanya.

Amin.

- Paus Yohanes Paulus II, di Casablanca-Maroko, 19 Agustus 1985.

Senin, 02 Mei 2011

Yang Dibutuhkan itu Kejujuran

"Ketulusan itu tidak cukup", kata sang Guru berkali-kali. "Apa yang anda butuhkan adalah kejujuran".

"Apa bedanya antara ketulusan dan kejujuran", tanya seseorang.

"Kejujuran itu adalah keterbukaan yang tak pernah berhenti terhadap fakta", kata sang Guru. "Sementara ketulusan itu mempercayai propaganda diri sendiri."

- Anthony de Mello, 1998, Awakening: Conversations with the Master, 365 Daily Meditations, No. 306, Loyola Press: Chicago.

Menjadi Sahabat bagi Sesama

Entah apa pun kondisi hidup kita, kita ini membutuhkan sahabat. Manakala kita sedang se­dih, sahabat-sahabat kita datang menghibur. Mereka ikut bersedih hati dengan kita, ikut ber­gembira bersama kita, dan membuat hari-hari kita menjadi lebih ceria. Bersama para sahabat, kita tidak lagi menderita sendiri. Meski kita membutuhkan sahabat di kala sedih, kita pun juga mem­butuhkan sahabat di kala kita bergembira. Apa pun nasib keberuntungan yang kita alami, tetapi jika tidak ada sahabat yang bisa menjadi mitra untuk berbagi keberuntungan itu, maka kegem­biraan yang kita alami sungguh menjadi kurang dapat dirasakan.

Menjadi sahabat

Menurut Thomas Aquinas[1], kita tidak bisa menjadi sahabat satu sama lain, kalau di antara ki­ta tidak ada kesetaraan (equality) dan kesalingan (mutuality) yang benar. Bisa saja kita meng­ingin­kan orang lain menjadi baik, tetapi bukan demi diri kita sen­diri tetapi demi orang lain yang kita cintai itu. Ketika hubungan satu sama lain tidak ada kesaling­an dalam memberikan kebaikan satu sama lain, maka keinginan baik itu tidak bisa bertumbuh menjadi persahabatan. Menjadi sahabat yang sejati berarti menjadi sadar akan harga diri dan cinta orang lain dan mengkomunikasikan afeksi kita satu sama lain. Bisa saja kita merasa saling men­cintai satu sama lain, tetapi jika kita hanya bicara tentang cinta dan tidak ada tindakan nyata, ma­ka kita sama-sama hanya menjadi orang-orang yang berpengharapan baik (well-wishers), dan bukan menjadi sahabat-sahabat (friends).

Kita semua menginginkan persahabatan, dan ingin mengungkapkan cinta kita itu satu sama lain, dalam kata dan dalam tindakan. Kita menjadi sahabat dengan orang lain bukan hanya karena kita merasa mencintai mereka secara batiniah, tetapi juga karena kita mengakui dan meng­ung­kapkan cinta itu kepada mereka. Dengan kata lain, persahabatan adalah suatu habitus yang mem­buat kita ingin menunjukkan cinta kita, bahkan jika kerapkali kita tidak dapat meng­ung­kapkan cinta yang kita inginkan itu. Thomas Aquinas menekankan bahwa kita bisa menjadi saha­bat tidak se­mata-mata karena maksud baik kita tetapi juga karena pemberian diri kita melalui kata dan tindakan kita. 

Tetapi Thomas Aquinas juga mengingatkan bahwa jika kita menggunakan pribadi lain untuk tujuan atau kenikmatan diri kita sendiri, maka kita tidak pernah dapat menjadi sahabat sejati. Itulah mengapa Thomas Aquinas yakin bahwa suatu persahabatan yang sejati mewujud le­bih dalam hal memberikan cinta daripada menerima cinta. Thomas Aquinas melihat dari penga­laman bahwa bayi itu baru dapat menerima cinta, tetapi sahabat bisa kedua-duanya: dapat mem­berikan cinta dan dapat menerima cinta. Persahabatan yang sejati itu merupakan suatu habitus yang baik, tetapi Thomas Aquinas mengingatkan, kita ini sahabat tidak hanya karena maksud ba­ik kita tetapi juga karena pemberian diri kita, baik di dalam kata maupun di dalam tindakan nyata.

Persahabatan sejati dan persahabatan palsu

Menurut Thomas Aquinas, kita dapat memiliki dua jenis persahabatan, yakni: persahabatan palsu (false friendship) dan persahabatan sejati (true friendship). Persahabatan sejati dan lang­geng didasarkan pada kebaikan dan keutamaan di dalam diri masing-masing orang yang menjalin hubungan persahabatan. Kita mencintai sahabat-sahabat demi kepentingan diri mereka. Kita meng­­inginkan mereka baik sama seperti kita menginginkan diri kita sendiri.

Namun, dalam persahabatan yang palsu, didasarkan pada kebaikan yang tidak jelas dan ke­utamaan yang tidak nyata dalam diri masing-masing orang yang bersahabat. Kita mencintai orang lain semata-mata karena apa yang menyenangkan kita dan apa yang bermanfaat bagi kita. Ki­­ta menginginkan “persahabatan” itu karena kita merasakan adanya kekurang-puasan terhadap diri kita sendiri dan adanya kekosongan pada diri kita. Maka, kita berusaha untuk meraih apa yang sungguh baik yang ada di luar diri kita.

Di dalam “persahabatan” yang didasarkan pada kebutuhan dan kesenangan seperti itu, kita mencintai kepentingan (keuntungan) diri kita sendiri dan bukan kepentingan (kesejahteraan atau kebaikan) sahabat kita. Jadi, bukan kita memberikan diri kita demi kebaikan dan kesejahteraan sahabat kita, tetapi kita justru mengambil dari mereka apa yang menyenangkan kita. Mereka men­jadi sarana untuk pemerolehan keuntungan dan kesenangan kita, sehingga dengan cara seperti itu kita sebetulnya “mencintai” mereka sebagai objek yang dapat menyenangkan dan memuaskan ki­ta, seperti layaknya makanan atau pakaian.

Thomas Aquinas tahu bahwa persahabatan yang egoistis seperti itu bukanlah “cinta” sejati. Karena kita menggunakan orang lain sebagai objek untuk kepentingan diri kita sendiri, maka per­sa­habatan seperti itu tidak akan langgeng. Segera sesudah kebutuhan kita terpenuhi, segera pula persahabatan itu pun berakhirlah sudah. Jika sahabat kita itu menghentikan pemberian keuntung­an dan kesenangan kepada kita, maka kita pun akan menghentikan cinta kita kepadanya. Kalau alasan untuk persahabatan itu larut, maka persahabatan itu pun ikut larut juga.

Tetapi, di dalam persahabatan yang sejati didasarkan pada kebaikan dan keutamaan satu sama lain, kita berbagi di dalam cinta Tuhan yang memberikan diri-Nya sendiri, dengan berjuang bersama demi kepentingan dan kebaikan orang lain yang kita cintai. Di dalam cinta yang egoistis kita ditarik kepada hal yang baik di mana orang lain dipakai sebagai sarana untuk mencapai tu­juan kita itu. Sedangkan, persahabatan yang berkeutamaan itu berbeda. Seperti kita mencintai hal yang baik itu demi diri kita sendiri, demikian juga kita mencintai sahabat-sahabat kita itu bukan karena mereka berguna bagi kita tetapi karena mereka itu sungguh-sungguh baik.

Jadi, jika kita memiliki persahabatan yang sejati berdasarkan pada hal yang baik, kita men­cintai di dalam sahabat kita kebaikan dan keutamaan yang ingin kita coba perdalam dan kita ha­yati di dalam hidup kita sendiri. Keserupaan kita di dalam keutamaan bersama dengan sahabat kita itulah yang menjadi satu-satunya penyebab persatuan (communion) kita dengan sahabat-sa­ha­bat kita. Tetapi cinta yang egoistis (selfish-love) yang didasarkan pada kebutuhan dan kese­nangan kita menarik kita kepada mencintai bukan pribadi orang lain itu tetapi mencintai diri kita sendiri. Dan jika diri kita masing-masing adalah egoistis (selfish) maka keserupaan itu (saling me­manfaatkan dan saling mencari kesenangannya sendiri) tidak akan menyatukan kita tetapi justru memisahkan kita. Persahabatan yang sejati pada dirinya sendiri merupakan keutamaan. Dan ke­utamaan sebagai suatu habitus yang baik tidaklah mudah hilang. Itulah mengapa persahabatan yang terbebaskan dari unsur egoisme, yang berdasarkan pada keutamaan, akan berlangsung les­tari atau langgeng.

Thomas Aquinas menegaskan bahwa persahabatan yang didasarkan pada kebutuhan pribadi yang selfish akan selalu berakhir, bahkan pemisahan fisik tidak dapat merusak persahabatan yang didasarkan pada persekutuan dalam memperoleh hal yang baik. Jenis persabahatan seperti ini memberikan inspirasi bagi kita untuk (1) melakukan hal yang baik satu sama lain dan (2) meng­hayati sebuah hidup bersama dalam kegembiraan karena kehadiran satu sama lain tanpa saling mengganggu. Dua kegiatan itu merupakan tindakan persahabatan yang sejati. Meski pemisahan fisik mencegah kita untuk melakukan hal yang baik satu sama lain, kita tetap dapat memperdalam persahabatan melalui kesiap-sediaan dan keinginan untuk membuat ha-hal yang baik itu satu sama lain. Habitus yang baik akan hilang ketika aktivitas itu berhenti. Maka untuk memelihara habitus persabahatan itu kita perlu mengulangi kegiatan-kegiatan yang sama itu satu sama lain.

Cintailah diri sendiri dan orang-orang yang terdekat dengan kita

“Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri” (Mrk 12:31). Kita bisa bersahabat baik dengan orang lain, kalau pertama-tama kita sendiri lebih dulu bisa bersahabat dengan diri kita sendiri. Kita mampu mencintai orang lain dengan benar kalau kita bisa bersahabat dengan diri kita sen­diri. Kita mampu mencintai orang lain dengan benar kalau kita bisa menjadi sahabat terbaik bagi diri kita sendiri terlebih dahulu. Segala yang baik yang kita inginkan bagi sabahat kita, semua kita inginkan juga untuk kita. Karena Tuhan memerintah kita untuk mencintai satu sama lain seperti kita sendiri mencintai diri kita sendiri, maka karena itu kita juga harus bisa menjadi sabahat yang baik untuk diri kita sendiri. Paradoksnya adalah bahwa mencintai diri sendiri membuat kita mam­pu untuk mencintai orang lain. Ketika kita bisa menjadi sahabat bagi diri kita sendiri, kita dapat menjadi sahabat yang sejati bagi orang lain.

Apa artinya kalau kita bisa menjadi sahabat bagi diri kita sendiri? Ketika kita mencintai diri kita sendiri secara benar, kita menemukan kedamaian di dalam hati kita. Kita mencintai perusa­haan (pribadi) sendiri, kalau di sana kita menemukan Tuhan. Kita dipenuhi dengan kepuasan dan mengalami apa yang baik dianggap baik dalam hidup kita. Ketika kita bisa melihat apa yang ber­nilai di perusahaan (pribadi) kita sendiri, maka kita pun juga bisa melihat apa yang bernilai di per­usahaan (pribadi) lain. Di dalam memberikan diri kita sendiri, kita berkembang menjadi lebih kaya dalam cinta kita setiap hari, dan melihat persahabatan menjadi berkat bagi banyak orang. Cin­ta kita berkembang makin mendalam ketika kita menjadi rela mengurbankan milik kita dan bahkan hidup kita sendiri untuk orang-orang yang kita cintai. Ketika kita tidak mampu menger­jakan segalanya untuk sahabat-sahabat yang kita sukai, kita masih dapat bertumbuh dalam cinta itu. Hati yang murah hati tidak tergantung pada sejauh mana kita memberikan diri, tetapi sejauh mana kita masih ingin memberi. Inilah paradoks dari cinta yang memberikan diri: makin banyak kita memberi, makin banyak kita menerima. Semakin cinta kita ini menjadi kaya, maka cintai kita itu pula akan semakin memperkaya orang lain.

Tetapi, pertanyaannnya: siapa yang harus kita cintai sedemikian mendalam dan mesra itu? Aris­toteles dan juga Thomas Aquinas yakin bahwa yang harus kita cintai sedemikian itu adalah pa­sangan hidup kita (suami/isteri) kita dan anak-anak kita. Karena pasangan kita itu merupakan bagian dari hidup kita, maka kita harus mencintai dia dengan kedalaman cinta persahabatan kita yang erat dan mesra. Karena kita dipersatukan dengan suami/isteri melalui kesatuan fisik yang me­sra dan dengan kedekatan hidup bersama setiap harinya, maka kita dengan suami/isteri kita dike­hendaki oleh Allah untuk memiliki suatu persahabatan yang paling agung (the greatest friend­ship).


[1]  Mary Ann Fatula, 1993, Thomas Aquinas: Preacher and Friend, The Liturgical Press, Collegeville, Minnesota, p. 40-42.

Minggu, 01 Mei 2011

Petrus Kanisius: Perpustakaan Lebih Penting daripada Kapel

Tanggal 8 Mei adalah hari pesta perayaan ulang tahun Santo Petrus Kanisius yang ke-590. Tanggal 1 Agustus 2011, adalah hari yang pantas kita kenang, karena 114 tahun yang lalu, Paus Leo XIII memberikan penegasan bahwa Petrus Kanisius (1521-1797), adalah pembela iman Katolik yang cerdas dan trampil.

Melalui ensiklik “Militantis Ecclessiae” yang ditulis pada tanggal 1 Agustus 1897, Paus Leo XIII mengatakan bahwa “Petrus Kanisius adalah panutan bagi semua orang yang berjuang demi Kristus di dalam armada balatentara Gereja”. Dengan bahasa yang popular, Paus Leo XIII, menegaskan bahwa “mengenal Kanisius sama dengan mengenal pembela iman”. Petrus Kanisius adalah teladan bagi orang-orang Katolik dalam membela iman.

Pada tahun 1925, Paus Pius XI menambahkan Petrus Kanisius dalam jajaran pujangga Gereja karena kemampuan istimewanya menjelaskan dan memelihara iman Gereja Katolik Roma dari serangan pihak-pihak luar. Mereka yang mendapatkan gelar pujangga Gereja adalah santo-santa yang dikenal karena membela dan menjelaskan kebenaran iman Katolik. Mereka mendapatkan gelar demikian bukan semata-mata karena menjadi saksi iman (seperti bapak-bapak Gereja) tetapi karena penjelasan yang cerdas dan ketrampilannya yang hebat dalam membela ajaran iman Katolik.

Seperti dikatakan oleh Paus Leo XIII dalam ensikliknya mengenai Petrus Kanisius, di jaman kita “kemajuan yang begitu cepat di dalam segala cabang ilmu pengetahuan, kerapkali melahirkan musuh iman kristiani dan membuka peluang terjadinya penyerangan terhadap iman kristiani. Karena itu kita harus berkomitmen untuk melawan serangan-serangan itu. Kita harus menyiapkan diri dengan senjata di tangan. Senjata itu adalah pengetahuan yang melimpah untuk bisa memelihara dan membela iman katolik. Panutan yang sudah terbukti mampu membela iman Katolik dan menyelamatkan Gereja adalah Santo Petrus Kanisius. Seperti Santo yang besar ini, jika “orang-orang yang berjuang demi Kristus di dalam balatentara Gereja, mengenakan senjata pengetahuan dan senjata keadilan, maka mereka akan mampu membela iman lebih kuat dan lebih efektif.”

Petrus Kanisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521, di Nijmegen, Belanda, yang pada waktu itu masih merupakan bagian wilayah kekuasaan Jerman. Dia orang yang diberkati oleh Allah dengan anugerah kesucian dan pembelajaran untuk mempertahankan iman Gereja. Pada umur 22 tahun, dia menjadi seorang Yesuit Jerman yang pertama. Melalui kotbah dan tulisannya ia bersinar cemerlang sebagai seorang pemimpin Kontra-Reformasi. Setelah menyelamatkan Jerman dari pengaruh kaum Protestan, dia disebut sebagai Rasul Kedua dari Jerman (yang pertama adalah St. Bonifacius), tetapi dia juga bertanggungjawab atas restorasi kehidupan Katolik di banyak kota di seluruh Eropa.

Dia melihat bahwa dalam rangka memerangi pengajaran sesat dari mereka yang tidak setia pada iman Gereja Katolik, pengajaran yang benar dari Gereja harus disebarluaskan secara semakin luas. Dia sangat berkomitmen untuk mengusahakan tercapainya tujuan ini dengan cara menulis buku, berkotbah, dan melakukan karya misi ke seluruh penjuru benua.

Dia menulis tidak hanya untuk kaum cendekiawan tetapi juga untuk orang biasa. Tujuan utamanya adalah membuat orang Katolik mampu membela iman mereka, dan tulisan-tulisannya yang luar biasa banyak, termasuk dua buah katekismusnya yang populer yang diperuntukkan bagi kaum sederhana yang kurang berpendidikan: yang satu untuk pengajaran agama bagi anak-anak, dan yang kedua untuk kaum muda di dalam studi yang lebih tinggi. Katekismus ini juga diterangkan secara publik di gereja-gereja untuk kemanfaatan semua orang. Dengan memberikan perhatian pada usaha perlindungan iman dan moral kaum muda, Santo Petrus Kanisius juga memperhatikan pengajaran bagi anak-anak, bahkan juga menyusun buku pengetahuan dasar menulis dan tata bahasa untuk mereka. Ia juga menjadi alat yang aktif untuk mendirikan universitas dan seminari di Eropa. Dalam bahasa yang populer, ‘mengenal Petrus Kanisius berarti mengenal pembela iman’, kata Paus Leo XIII.

Petrus Kanisius meninggal pada tanggal 21 Desember 1597. Paus Pius XI melaksanakan kanonisasi untuk dia pada tahun 1925, dan mengumumkan dia sebagai pujangga Gereja. Dia dipertimbangkan sebagai salah satu pencipta percetakan Katolik, dan teladan bagi para penulis Katolik.

Karena terdorong untuk menegaskan pentingnya pengetahuan dalam pemeliharaan iman, Petrus Kanisius pernah melontarkan kata-kata yang sangat menarik untuk diperhatikan: “di biara lebih baik ada perpustakaan daripada ada kapel”. Petrus Kanisius mau mengatakan bahwa untuk membela dan memelihara iman, berdoa saja tidaklah cukup. Bagi Kanisius, meningkatkan pengetahuan akan iman itu merupakan bagian yang lebih penting untuk membela dan memelihara iman.

Jaman ini adalah abad pemberontakan terhadap iman Katolik, yang disulut oleh mereka yang terlibat dalam korupsi atau pengrusakan terhadap moralitas kaum muda. Modus operandi utama dari pengrusakan itu adalah membuat kaum muda tidak tahu tentang agama, tentang iman, tentang moralitas. Bagaimana caranya agar kaum muda menjadi gemar belajar dan membaca? Sediakan buku dan perpustakaan! Tujuan pendidikan dan penerbitan buku adalah untuk mengekspose dan melawan kesesatan ajaran iman, menegakkan kebenaran iman Katolik, serta membuat orang Katolik mampu melakukan hal yang sama atas dasar semangat dari Santo Petrus Kanisius, yang menjadi teladan bagi semua orang yang “berjuang demi Kristus di dalam armada balatentara Gereja” dengan senjata pengetahuan dan keadilan. @@@