Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Kamis, 27 Desember 2012

Doa Penderita Kanker kepada St. Peregrinus

St. Peregrinus lahir pada tahun 1260 di Forli, Italia dari sebuah keluarga yang saleh. Ia mengalami kehidupan yang menyenangkan ketika masih muda, dan secara politik berlawanan dengan Bapa Suci. Setelah mengalami pengampunan dari St. Philip Benizi ia berubah dalam kehidupan dan mulai bergabung dengan ordo Servite.

Dia ditahbiskan menjadi imam dan kemudian pulang ke rumah untuk mendirikan komunitas yang diberi nama Servite. Mereka dikenal karena kegiatan berkotbah, bermatiraga, dan menjadi pembimbing professional. Ia sembuh dari kanker setelah mendapatkan visi dari Tuhan Yesus Kristus yang bergantung di kayu salib. Ia meninggal pada tahun 1345 dan dikanonisasi pada tahun 1726. Dia pelindung bagi para pasien penderita kanker.

Untuk mereka yang sedang terkena gangguan kanker, kanker itu suatu penyakit yang tetap memiliki keterbatasan. Kanker itu tidak dapat melumpuhkan cinta, tidak dapat menciutkan harapan, tidak dapat menggerogoti iman, tidak dapat melenyapkan damai, tidak dapat merusak kepercayaan, tidak dapat menutup ingatan, tidak dapat membungkam keberanian, tidak dapat membelenggu jiwa, tidak dapat menyingkirkan kehidupan abadi, tidak dapat menurunkan semangat, tidak dapat mengurangi kekuatan Kebangkitan.

Doa kepada St. Peregrinus bagi Penderita Kanker

Ya Santo Peregrinus, aku membutuhkan bantuanmu. Aku merasa tidak menentu dalam hari-hari hidupku sekarang dan di sini. Penyakit yang serius telah membuat aku rindu akan cintakasih Allah. Bantulah aku untuk bisa meneladani daya tahan imanmu ketika engkau menghadapi ganasnya kanker dan pedihnya operasi. Perkenankanlah aku untuk mempercayai Tuhan tentang jalan-jalan yang mesti aku lalui pada saat-saat ketika aku susah dan stress. Aku ingin sembuh, tetapi saat ini aku meminta kepada Allah kekuatan agar aku mampu menanggung salib di dalam hidupku. Aku mencari kekuatan kehadiran Allah di dalam hidupku saat aku dalam keadaan susah, lelah, sakit, cemas dan khawatir, yang aku alami sekarang ini. Ya Santo Peregrinus, jadilah engkau inspirasi bagiku dan jadilah engkau perantara bagi permohonan-permohonanku yang membutuhkan rahmat dari Allah yang Mahakasih. Amin.

Mencintai Sesama: Belajar dari Bunda Maria


Saudara-saudari terkasih, pada hari Minggu, 6 Januari 2013 nanti, umat Katolik yang mengikuti rangkaian Novena di Gua Maria Tritis sudah sampai pada rangkaian Novena hari kelima. Tema yang kita ambil untuk doa Novena dan Misa hari itu adalah “Belajar dari Bunda Maria tentang Keutamaan “Mencintai Sesama.”
 
Cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama diperintahkan oleh Allah di dalam satu rumusan kalimat yang sama. Dan perintah yang kita terima dari Allah itu adalah bahwa barangsiapa mencintai Allah harus mencintai sesamanya juga (1Yoh 4: 21). Santo Thomas mengatakan bahwa alasan untuk hal ini adalah bahwa pribadi yang mencintai Allah mencintai semua orang yang dicintai oleh Allah. 

Pada suatu hari, Santa Catharina dari Genoa menyatakan: “Tuhan, Engkau mengatakan bahwa aku harus mencintai sesamaku, tetapi aku dapat mencintai tak seorang pun kecuali Engkau.” Allah menanggapi pernyataan Santa Catharina itu dengan mengatakan: “Siapa saja yang mencintai Aku mencintai siapa saja yang Aku cintai.” Tetapi karena dulu tidak pernah ada orang yang mencintai dan juga tidak akan pernah ada orang yang mencintai Allah seperti Maria mencintai Allah, maka dulu tidak ada orang yang mencintai sesama dan tidak akan pernah ada orang yang dapat mencintai sesamanya seperti Maria mencintai sesamanya.

Ketika Bunda Maria masih berada di dunia, cintakasihnya begitu besar sehingga dia bisa membantu banyak orang yang membutuhkan tanpa diminta. Kita melihat hal ini dengan jelas pada peristiwa perkawinan di Kana, ketika Bunda Maria meminta kepada Yesus karena didesak oleh situasi yang menggelisahkan keluarga yang sedang berpesta: “Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2: 3). Bunda Maria meminta Yesus untuk segera membuat mukjizat. Betapa cepatnya dia ingin selalu bertindak ketika sesamanya membutuhkan. Ketika dia pergi berkunjung ke rumah Elisabeth untuk memenuhi tugas cintakasih, dia pergi ke desa yang berada di perbukitan dengan terburu-buru (Luk 1: 30).

Tetapi Maria tidak bisa menunjukkan secara lebih penuh cintakasihnya daripada yang sudah dia kerjakan ketika dia mempersembahkan kematian puteranya demi keselamatan kita. Melihat hal itu, Santo Bonaventura mengatakan: “Maria begitu mencintai dunia sehingga dia mempersembahkan puteranya sendiri satu-satunya.” Hal ini juga memberikan inspirasi bagi Santo Anselmus untuk menyatakan: “Ya Bunda Maria yang terberkati, kemurnianmu mengatasi kemurnian para malaikat, dan cintakasihmu melebihi cintakasih para santo-santa.” “Dan cintakasih Maria untuk kita tak berhenti meski Bunda Maria sudah berada di surga,” kata Santo Bonaventura. “Sebaliknya, cintakasihnya makin bertumbuh karena dia sekarang berada di dalam posisi yang lebih baik untuk melihat kesusahan manusia.”

Karena itu, Santo Bonaventura menambahkan dengan mengatakan bahwa belas kasih Bunda Maria kepada orang-orang yang mengalami kesusahan sungguh luar biasa ketika dia masih berada di dunia, tetapi hal itu masih jauh dari luar biasa bila dibandingkan dengan belas kasih yang dilakukan oleh Bunda Maria sekarang ketika dia sudah berada dan menjadi Ratu di surga.

Santa Agnes menegaskan kepada Santa Bridgita bahwa tidak ada seorang pun yang pernah berdoa meminta rahmat tidak menerima rahmat itu melalui belas kasih Bunda Maria. Kita sungguh malang dan tidak beruntung jika kita tidak meminta kepada Bunda Maria supaya dia menjadi pengantara bagi kita. Yesus sendiri, seperti dikatakan kepada Santa Bridgita, mengatakan: “Jika kita tidak berdoa dan memohon kepada Bunda Maria, maka tidak ada harapan untuk dapat memperoleh belas kasih.” 

“Terberkatilah orang yang mendengarkan perintah-perintah-Ku, orang-orang yang meneladan cintakasih-Ku, dan mempraktekkan bahwa cintakasih kepada sesama,” kata Yesus kepada Maria, “Berbahagialah orang yang mendengarkan daku … Berbahagialah orang yang setiap hari menunggu pada pintuku, dan menjaga tiang pintu gerbangku.” (Amsal 8: 33-34).

Santo Gregorius Nazianzen memberikan keyakinan kepada kita bahwa tidak ada jalan yang lebih baik kecuali jalan yang membuat Maria mencintai kita, yaitu jalan mempraktekkan cintakasih kepada sesama. Pernyataan Santo Gregorius itu persis sama dengan apa yang dikatakan Yesus kepada kita, “Berbelaskasihlah sebab Bapa itu berbelas kasih. Demikian juga Maria mengatakan kepada kita, “Berbelaskasihlah sebab Ibumu berbelas kasih.”

Kita menerima bahwa cintakasih kepada sesama akan menjadi ukuran yang dipakai Allah dan Maria, yang ditunjukkan kepada kita ketika kita membaca kembali sabda Tuhan berikut ini: “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6: 38).

Santo Methodius pernah mengatakan: “Jika orang memberikan sesuatu kepada orang miskin, dia akan mendapatkan Firdaus sebagai imbalan.” Santo Paulus menambahkan bahwa cintakasih kepada sesama membuat kita bahagia, baik bahagia di dunia maupun bahagia di dunia yang akan datang. Kebajikan menguntungkan dalam segala aspek, karena hal itu sudah merupakan janji bahwa cinta kepada sesama membawa kebahagiaan bagi hidup yang sekarang dan bagi hidup yang akan datang (1Tim 4: 8).

Santo Yohanes Chrysostomus mengomentari teks Kitab Amsal “Siapa menaruh belaskasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu,” (Amsal 19: 17), dengan mengatakan: “Barangsiapa membantu orang yang membutuhkan, dia telah membuat Allah punya hutang padanya.”
Maka, pada hari ini, kita secara khusus memohon kepada Allah agar kita diperkenankan untuk meneladan Bunda Maria dalam hal keutamaan mencintai.

Ya Bunda Maria yang berbelas kasih, engkau memiliki perhatian yang sungguh besar pada siapa saja sehingga mereka boleh mengalami hidup yang sejahtera. Kami mohon kepadamu juga, sudilah kiranya engkau memberikan perhatian pada masalah, kesusahan dan tantangan hidup yang sedang kami hadapi. Sudilah kiranya engkau mengerti dengan baik apa yang menjadi masalah dan kesusahan kami. Bimbinglah kami agar kami dapat hadir menghadap Allah yang akan memberikan kepada kami segala sesuatu yang kami butuhkan. Kami mohon dengan perantaraanmu, semoga Allah berkenan mengizinkan kami untuk bisa meneladan engkau dalam hal mencintai, mencintai Allah dan mencintai sesama kami. Amin.