Sejak dulu saya memahami bahwa doa itu adalah berbicara kepada Tuhan. Pada kenyataannya, definisi tentang doa semacam itu yang saya ingat: doa adalah berbicara kepada Tuhan. Dalam pengertian seperti itu, doa melibatkan aktivitas berbicara tentang keprihatinan kita, kebutuhan kita, dan dambaan kita kepada Tuhan. Doa kita mengerti sebagai bicara kepada Tuhan.
Tetapi saya kemudian belajar juga tentang sisi lain dari doa. Sisi lain itu adalah mendengarkan Tuhan. Doa itu mendengarkan, menciptakan ruang di dalam hidup kita dan meminta kepada Tuhan untuk mengisinya. Doa itu tidak lain membuka diri kepada Roh Kudus dan mencari panduan dan bimbingan Roh Kudus di dalam hidup kita. Bagian yang sungguh mengagumkan dari doa adalah mendengarkan Tuhan.
Doa sebagai aktivitas mendengarkan merupakan bagian dari pengajaran Kitabsuci mengenai doa. Penulis Kitabsuci tahu bahwa doa itu melibatkan usaha membuka ruang di dalam hidup kita dan meminta Tuhan untuk mengisinya. Doa itu mendengarkan dan mencari Roh Kudus. Doa itu membuka diri kita dengan suatu keyakinan bahwa Allah akan mengisi kita.
Kutipan dari Kitabsuci berikut ini memberikan pengertian kepada kita bahwa dimensi vital dari doa adalah mendengarkan, membuka diri kepada Tuhan dan istirahat di dalam Tuhan.
Mazmur 46: “Tenanglah, dan ketahuilah bahwa aku adalah Allah.”
Mazmur 37: 7: “Istirahatlah di depan Tuhan, dan tunggulah dengan sabar untuk berjumpa dengan-Nya”
Ayub 33: 33: “Dengarkan Aku, tenanglah, dan aku akan mengajar kamu tentang kebijaksanaan”
Mateus 11: 28: Yesus sendiri mengundang kita untuk datang kepada-Nya ketika kita berbeban berat, dan mendapatkan istirahat.
Ada suatu pemahaman yang mendalam mengenai doa di sini. Kerapkali Tuhan bicara kepada kita di dalam keheningan. Kerapkali di dalam keheningan seperti itu Tuhan berbagi dengan kita. Bagian doa adalah belajar mendengarkan Tuhan dan membuka diri kepada Tuhan.
Pemazmur memahami keheningan itu sebagai aktivitas menunggu di hadapan Tuhan. Bagi mereka, doa itu menunggu Tuhan. Doa menjadi suatu waktu untuk menunggu, menantikan, mendengarkan, dan mencari, ketika kita memfokuskan hidup kita kepada Tuhan.
Itu berarti bahwa dimensi penting dari doa adalah menunggu di hadapan Tuhan dan mendengarkan Tuhan. Doa berarti membuka diri dan menunggu karena kita mencari Tuhan yang secara nyata lebih dekat dengan kita daripada yang kita pernah sadari.
Dalam kehidupan modern kita menjadi orang sibuk. Kita tidak menunggu. Kita sibuk mengerjakan sesuatu. Kita ingin segala sesuatunya instan dalam mengakses segala sesuatu, dari uang tunai yang diambil dari amplop langsung jadi hamburger. Kita tidak menyukai keheningan. Kita lebih suka bicara dan mencoba mengisi setiap waktu dengan menyelesaikan sesuatu. Saya tidak tahu bagaimana keadaan anda semua; tetapi yang saya ceritakan ini adalah pengalaman saya.
Biasanya kalender sudah penuh acara untuk setiap tahun. Ada empat pertemuan setiap hari. Ada 6 telepon yang harus saya hubungi. Satu kotbah atau renungan pendek harus saya tulis. Dua bab bahan kuliah harus saya siapkan; mengantar anak kursus bahasa Inggris. Saya kadang takut kalau Tuhan mau bicara dengan saya dan sementara itu saya tidak punya waktu dan ruang yang tersisa untuk-Nya. Setiap orang sibuk dengan diri sendiri: mengerjakan segala sesuatu, menulis email, menjawab sms, mengakses internet, dll. Nokia menjadi santo/santa pujaan baru. Tuhan mengajar kita untuk menunggu, mendengarkan dan mencari.
Tuhan memberi nasihat kepada kita bagaimana menghadapi jaman modern, bagaimana gaya hidup kita harus diperbaiki. Waktu untuk refleksi adalah penting untuk kesehatan kita. Tuhan adalah Tuhan; dan bagian dari hidup yang beriman adalah belajar mencari Tuhan.
Ilmu yang baik di jaman modern adalah belajar untuk mendengarkan Tuhan. Untuk mendengarkan Tuhan, kita perlu membuka diri, menyediakan ruangan di dalam hidup kita, untuk meminta Tuhan untuk masuk ke dalam diri kita. Karena Tuhan berbicara dengan kita; dan kerapkali Tuhan bicara dalam keheningan.
Bagaimana kita bisa membuka waktu dan ruangan di dalam hidup kita untuk Tuhan? Kita menemukan berbagai cara untuk menyediakan waktu dan ruang bagi Tuhan untuk berbicara. Antara lain adalah refleksi dan meditasi dengan sumber Kitab Suci. Bacalah Kitabsuci dan renungkan apa yang dikatakan di sana. Bawalah teks Kitabsuci itu dalam kehidupan sehari; dengarkan dan pahamilah.@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar