Pada suatu hari Tuhan Yesus bersabda, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan kamu akan mendapatkan kelegaan bagi jiwamu. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat 11: 28-30) .
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, yang dimaksud dengan “kuk” itu adalah Hukum Allah. Berbeda dengan tafsiran para ahli Taurat yang cenderung legalistik, Yesus memberikan arti baru tentang “kuk”. Menurut Yesus, “kuk” itu adalah tuntutan hidup beriman kristiani, yaitu: mencintai. Jadi, kuk itu adalah kuk mencintai. Karena itu, kuk itu tidaklah membebani. Kuk cinta itu ringan. Kuk itu membuat segala sesuatu menjadi mudah. Kuk itu jauh dari membebani, tetapi memberikan makna sejati kepada hidup. Kata-kata Yesus itu menjadi mudah dipahami ketika kemudian kita membaca pernyataan St. Agustinus yang mengatakan: “Ubi amatur, non laboratur, aut si laboratur, labor amatur. Di mana ada cinta, susah-payah itu tidak ada; atau jika susah-payah itu ada, maka susah-payah itu dicinta.”
Theresia Lisieux (1873-1897) adalah seorang suster Karmelit yang terkenal dengan “jalan kecil” yang ditawarkan kepada siapa saja yang sedang mencari jalan hidup yang lebih bermakna. Menurut dia, untuk menjadi suci orang tidak perlu tindakan besar. Untuk menjadi suci tidak perlu perbuatan hebat. Untuk menjadi suci orang hanya perlu mencintai Allah. Theresia pernah menulis, “Cinta membuktikan diri di dalam perbuatan. Karena itu, bagaimana aku harus menunjukkan cinta itu? Perbuatan besar itu tidak cukup bagiku. Cara yang bisa aku buktikan adalah menyebarkan bunga-bunga, dan bunga-bunga itu adalah kurban-persembahan kecil, setiap kata dan perbuatanku. Maka, aku kerjakan setiap perbuatan demi cinta.”
Theresia menemukan bahwa cinta itu memberikan alasan kepada orang untuk hidup dan berharap. Sebagai anak kecil ia mengatakan bahwa ia dikelilingi oleh cinta dan ia pun mempunyai kodrat untuk mencintai itu. Tetapi pengalaman dicintai itu berhenti ketika ia kehilangan ibunya sewaktu ia masih berumur 4 tahun; dan kemudian ketika akhirnya Pauline kakaknya yang menjadi “ibunya yang kedua” juga meninggalkan dia masuk biara Lisieux. Adakah cinta yang berlangsung terus tanpa henti? Apa artinya cinta jika masih ada penderitaan? Setiap orang bertanya tentang cinta. Apa sesungguhnya cinta itu?
Theresia percaya bahwa Yesus bersama dia dan mencintai dia sejak kecil. Ia belajar tentang Yesus dari cerita-cerita yang ia baca dan dari keluarganya sendiri, dan setelah dewasa melalui Kitab Suci. Ia juga membaca buku “Mengikuti Jejak Kristus”, karangan Thomas Kempis. Lalu pada umur 17 tahun ia membaca buku tentang Santo Yohanes dari Salib dan melihat bagaimana cinta Allah menyemangati hidupnya. Theresia ingin memenuhi apa yang pernah ditulis oleh Santo Yohanes dari Salib itu: “Di senja hidup, kita akan diadili oleh cinta kita ...”. Theresia percaya bahwa cinta adalah segalanya. Ia mengenal betapa pentingnya cinta itu ketika ia membaca madah cinta dalam 1Kor 13. Ia berkeinginan untuk memeluk panggilan mencinta itu.
Ia menerjemahkan keinginan mencintai itu dengan mengembangkan relasinya dengan Tuhan Yesus. Ia mempersembahkan setiap harinya kepada Tuhan Yesus sebagai suatu cara untuk mewujudkan cintanya kepada Yesus. Ketika ia menemukan bahwa hidup di biara itu tidak mudah, karena harus hidup bersama dengan beberapa orang suster yang kasar dan sulit dalam berkomunitas. Meski situasi biara tidak menyenangkan dia tetap tinggal di sana dan tidak pergi. Dia memutuskan untuk tetap hidup di sana dan hidup dengan situasi seperti itu. Dia menemukan “Jalan Kecil”, yaitu: menerima bahwa setiap orang itu datang dari Allah, dan setiap orang dicintai oleh Allah untuk selama-lamanya. Karena itu ia mencintai mereka sebaik-baiknya sejauh dia bisa. Ia berkata sopan, tersenyum, dan membantu mereka jika ia bisa melakukannya. Pada kenyataannya, ia belajar di dalam proses bahwa ada kesatuan yang mendalam antara cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama. Ia menulis: “Semakin hidup ini berfokus pada Kristus, maka aku semakin mampu mencintai para suster.”
Apa artinya “Jalan Kecil” itu bagi Theresia? Jalan Kecil adalah gambaran yang ditangkap oleh Theresia tentang apa artinya menjadi murid Kristus. Jalan kecil artinya jalan menuju kesucian melalui hal-hal kecil yang biasa dan nyata dalam hidup sehari-hari. Jalan kecil ini dia yakini berdasarkan pada dua pertimbangan: (1) Allah menunjukkan cinta dan pengampunan; dan (2) ia tidak bisa menjadi sempurna di dalam mengikuti Yesus. Theresia percaya bahwa orang-orang pada zamannya hidup dalam ketakutan terhadap pengadilan Allah. Ketakutan itu tidak membuat orang mengalami kebebasan sebagai anak-anak Allah. Dari hidupnya Theresia tahu bahwa Allah itu adalah cintakasih. Theresia tidak bisa memahami bagaimana orang bisa takut pada Allah yang berkenan menjadi anak kecil. Ia juga tahu bahwa ia tidak akan pernah sempuma. Karena itu, ia pergi kepada Allah sebagai anak yang mendekati orangtua, dengan tangan terbuka dan percaya secara mendalam.
Theresia menerjemahkan “Jalan Kecil” itu dengan komitmen terhadap tugas-tugasnya dan komitmen terhadap orang-orang yang dia temui di dalam hidup sehari-hari. Ia menjalankan tugas-tugas di biara Lisieux sebagai cara-cara mewujudkan cintanya kepada Allah dan cintanya kepada orang lain. Ia bekerja sebagai koster yang menyiapkan altar dan kapel. Ia menjadi pelayan di ruang makan (refter) untuk menyediakan makan-minum bagi para anggota komunitas. Ia membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di kamar cuci. Ia menulis drama untuk acara hiburan (rekreasi) di dalam komunitas. Dengan cara begitu ia mencoba memperlihatkan cintanya untuk semua suster dalam komunitas. Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan itu tidak hanya untuk para suster yang dia sukai. Tetapi ia juga memberikan dirinya untuk para anggota komunitas yang lain yang dianggapnya sulit.
Hidupnya memang nampak terasa rutin dan biasa, tetapi itu merupakan bentuk penghayatan komitmennya untuk mencintai itu. Itulah “jalan kecil”. Jalan kecil adalah tindakan langsung, nyata dan sederhana tetapi mengandung makna keberanian dan komitmen untuk mencintai. Jalan kecil memberi kemungkinan orang biasa menjadi mampu meraih kesucian. Theresia berpesan: “Hayatilah hari-harimu dengan percaya akan cintakasih Allah untuk kamu. Ingatlah bahwa setiap hari merupakan hadiah di mana hidupmu bisa dibuat berbeda dengan cara bagaimana kamu menghayatinya. Cinta adalah komitmen yang setiap hari harus diulangi dan dikerjakan di dalam hidupmu sehari-hari”. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar