Orang modern berpikir bahwa ia dapat mengerjakan segala sesuatu dengan teknologi dan merasa bertanggung jawab untuk segala sesuatu. Ia tidak percaya apa yang terjadi tanpa dia. Ia tidak bisa lagi membiarkan segala sesuatu terjadi dengan sendirinya. Ia harus mengendalikan.
Ketika kita tidak bisa mempersilakan dan membiarkan Tuhan bekerja, kita lupa bahwa Dia membawa rencana-Nya dan membimbing segala sesuatu yang terjadi berjalan searah dengan tujuan yang sudah dirancang-Nya.
Sebaliknya, Yesus, meski mengalami kesulitan dan beban dalam menyelamatkan dunia, tetap saja Dia memberikan perhatian kepada individu-individu, meluangkan waktu untuk berdoa, merenungkan alam semesta, menyapa dan menerima anak-anak, menghadiri pesta perkawinan, dan melakukan relaksasi.
Dalam segala tindakan-Nya itu, Dia tahu, bahwa Allah bekerja dan benih itu bertumbuh. Apakah kita tahu bagaimana seharusnya kita rileks, tetapi tetap dalam nama Allah, bagaimana kita dapat percaya di dalam-Nya? Apakah kita mempersilakan Allah menunjukkan kepada kita apa yang menjadi prioritas-prioritas kita?
Kita harus bersabar dengan diri kita sendiri: meskipun perkembangan berjalan lamban, Allah sedang bekerja di dalam kedalaman tanah hati kita. Ketidaksabaran kerapkali datang dari kesombongan diri kita. Kita ingin sempurna; tetapi kita lupa bahwa pertumbuhan segalanya, entah alamiah ataukah spiritual, merupakan proses yang lamban, dan akhirnya diberikan oleh Allah sendiri.
Untuk menyesuaikan diri dengan kecepatan Allah, kita harus menyerahkan diri kita kepada-Nya dengan kepercayaan penuh. Seperti kita baca dalam iklan: “Bantulah menjaga hutan jangan sampai terbakar: Hanya Allah yang dapat membuat pohon.” Demikian juga, hanya Allah dapat membuat manusia menjadi baru.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar