"Un grand secret de s'enrichir est de donner beaucoup aux pauvres. The secret of becoming rich is to give largerly to the poor."
"Rahasia menjadi kaya adalah memberi dengan murah hati kepada orang-orang yang berkekurangan." Itulah kata-kata yang tertulis di atas selembar kertas yang berilustrasi gambar St. Elisabeth, sebuah postcard (brosur) yang pernah disimpan oleh Bunda Elisabeth Gruyters (1789-1864), pendiri Kongregasi Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus. Dan semangat memberi itulah yang juga diwariskan oleh Bunda Pendiri kepada para suster CB hingga sekarang. Betapa tidak?
Awalnya adalah sebuah mimpi. Pada suatu hari di awal tahun 1910, Mgr. E.S. Luypens SJ bermimpi untuk mendirikan sebuah rumah sakit di Batavia yang dikelola oleh para suster. Mimpi itu kemudian menjadi mimpi bersama. Pastor Sondaal SJ, Bapak Th van Swieten, dan Bapak Karthaus, bahkan persekutuan umat katolik di Batavia memiliki mimpi yang satu dan sama ini.
Pada tanggal 13 November 1910, pada masa kepemimpinan Moeder Veronika Damoiseaux (1908-1914), Mgr. Luypens SJ berkunjung ke biara induk Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus “Onder de Bogen” di Maastricht.
Mimpi untuk mendirikan rumah sakit itu semakin menjadi jelas, ketika usaha penjajagan yang dilakukan oleh Pastor Sondaal SJ di negeri Belanda, membuahkan hasil. Kongregasi Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus yang berpusat di Maastricht, menerima ajakan kerjasama untuk mendirikan rumah sakit di tanah Hindia Belanda itu. Moeder Lucia Nolet, pemimpin Kongregasi Suster-suster St. Carolus Borromeus yang baru (1914-1926), menerima tawaran Mgr. Luypens SJ untuk membuka karya misi di Hindia Belanda-Batavia.
Mendengar kepastian dari Pastor Sondaal SJ, Mgr. Luypens SJ memutuskan untuk mengutus Pastor Sondaal SJ untuk merealisasikan apa yang menjadi mimpi bersama itu: tidak hanya mendirikan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tetapi mendirikan sebuah rumah sakit besar dengan pelayanan perawatan yang lengkap dan modern. Pertama yang dilakukan oleh Pastor Sondaal SJ adalah mendirikan sebuah Yayasan St Carolus, sebuah organisasi yang dirancang untuk mengurus segala sesuatu yang berkait dengan usaha pendirian dan pengelolaan rumah sakit yang akan dibangun kemudian.
Pada tanggal 4 Juli 1915, persekutuan umat Katolik Batavia dengan bimbingan Mgr. Luypens SJ mulai mengadakan rapat untuk merencanakan pendirian rumah sakit Katolik itu. Dan pada tanggal 2 September 1915, berhasil dibuat sebuah kesepakatan yang termaktub dalam Perjanjian bersama antara Sr. Lucia Nolet sebagai pemimpin umum Kongregasi Suster-suster St. Carolus Borromeus di Maastricht dengan Bapak P.A.M. Kartahus dan Th van Swieten sebagai Pengurus Yayasan St. Carolus di Batavia, yang disetujui oleh Mgr. E.S. Luypens SJ, Vikaris Apostolis di Batavia, oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan oleh Mgr. L.J.A.N. Schrijnen, Uskup Roermond.
Dalam surat Perjanjian itu (bdk. Artikel V), dinyatakan bahwa Kongregasi Suster-suster St. Carolus Borromeus sepakat untuk mengirimkan sepuluh misionaris pertama, yang dianggap memadai untuk memulai karya misi baru di tanah Hindia Belanda ini. Di antara sepuluh orang suster itu, enam di antaranya adalah berpendidikan diploma di bidang keperawatan, dan yang lainnya adalah ahli keperawatan.
Februari 1917, Yayasan St. Carolus Borromeus berhasil membeli tanah lapang di Salemba, Batavia. Kemudian rumah sakit yang sudah dirancang dibangun di atas tanah ini. Setelah bangunan hampir selesai, ada kabar bahwa para suster sementara tidak bisa datang. Mgr. Schrijnen tidak mengizinkan mereka berangkat karena adanya bahaya perang. Tetapi akhirnya pada tanggal 7 November 1917 menjadi jelas siapa yang terpilih untuk diutus ke tanah Hindia Belanda, untuk memulai karya rumah sakit Katolik yang baru di Batavia.
Inilah korban persembahan yang paling besar, korban yang dipersembahkan oleh Kongregasi Suster-suster Cintakasih St Carolus Borromeus: sepuluh suster misionaris pertama ke tanah Hindia Belanda:
Moeder Alphonsa (GJ. De Groot), dari UtrechtKesepuluh misionaris itu berangkat dari pelabuhan Amsterdam pada hari Sabtu, tanggal 22 Juni 1918, tepat jam 12.30, dengan sebuah kapal api bernama “Frisia”, milik maskapai Hollandse Koninklijke Loyd. Moeder Lucia Nolet, pemimpin umum Tarekat Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus di Maastricht, melambaikan tangan selamat jalan kepada kesepuluh suster CB yang mau berangkat menuju tanah misi Hindia Belanda. Setelah perjalanan panjang selama lebih dari 3 bulan, sampailah rombongan misionaris para suster CB itu di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, tepat pukul 06.00 pagi, tanggal 7 Oktober 1918.
Sr. Lina (AMG. Leenan), dari Venray
Sr. Ambrosine (CP. Steenvoorden), dari Nieuw Amstel
Sr. Hermana (Joh. Lindner), dari Amsterdam
Sr. Ignatio (EAMM. Hermans), dari Roermond
Sr. Justa (AM. Niekerk), dari Nieuw Amstel
Sr. Gratiana (AC. Eskens), dari Huissen
Sr. Crispine (A. Bosman), dari Wilnis
Sr. Isabella (BMS. Noordman), dari Zoeterwoude
Sr. Judith (JM. De Laat), dari Geldrop
Pada tanggal 19 Januari 1919, Rumah Sakit St. Carolus Borromeus Batavia mengawali pelayanannya dengan kapasitas 40 tempat tidur yang telah terisi 36 orang penderita.
Tuhan Yesus pernah bersabda: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Suster-suster CB adalah sahabat-sahabat Tuhan Yesus yang mau dengan sepenuh hati meneruskan karya penyelamatan-Nya untuk masyarakat Indonesia, dengan memberikan diri mereka untuk sahabat-sahabat yang berkekurangan dan miskin di negeri ini. Pepatah Hindu mengatakan: “They who give have all things; they who withhold have nothing.” Barangsiapa memberi akan memiliki segalanya; dan barangsiapa tidak memberi akan tidak memiliki apa-apa. Para suster CB sudah memberikan segalanya untuk masyarakat Indonesia, dan karena itu mereka akan mempunyai segalanya.
Kita haturkan ucapan proficiat dan salam hormat atas kehadiran mereka di negeri ini, karena mereka telah memberikan segalanya untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di negeri ini, entah melalui karya pendidikan, karya pelayanan kesehatan, karya pastoral, dan karya social yang lain. Dan kita tetap ingat akan semboyan dan pesan Bunda Elisabeth Gruyters, Pendiri Kongregasi Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus, sebagaimana tertulis pada kartu pos itu: "Rahasia menjadi kaya adalah memberi dengan murah hati kepada orang miskin." @@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar