Reaksi kami terhadap segala sesuatu, entah yang baik entah yang buruk, sungguh berlebih-lebihan, entah ketika kami berada di puncak gelora ombak kegembiraan atau di lembah keputusasaan. Tetapi kebahagiaan dari segala sesuatu yang mencerahkan itu semestinya datang dari-Mu.
Kami tidak ingin hal sebaliknya terjadi, Tuhan.
Tetapi kami juga tahu bahwa di sana sini ada bahaya, yang sungguh luar biasa besar dan tak dapat kami duga. Sebab di sekeliling kami sudah ada buktinya bahwa jatuh cinta tidaklah menjamin adanya kebahagiaan, dan bahkan dapat berakhir dalam rongsokan kehidupan.
Dan ini adalah bagian dari hidup setiap orang, bagian hidup seperti Engkau rancang, Tuhan. Karena itu, sementara kami menyadari adanya bahaya, kami tidak ingin menjadi takut karenanya. Maka, bantulah ya Tuhan, dalam relasi kami ini.
Bisa jadi kami akan diatur oleh perasaan kami, entahkah perasaan senang atau susah.
Bantulah kami untuk mengabdi Engkau dan menjadikan Engkau sendiri aturan bagi hidup kami. Bantulah kami untuk tetap setia dengan aturan-aturan yang sederhana yang telah Engkau berikan kepada kami sebagai pedoman hidup kami, yakni cinta-Mu.
Dan jika perkawinan akan menjadi jelas untuk hidup kami, maka jadilah kehendak-Mu, biarlah kekuatan dan terang dari cinta kami ini memperteguh keinginan kami untuk menjadi abdi-Mu. Amin.
Chong Kwong Tek, dan Chua Wee Hian, 1971,
Lovers for Life, Singapore: The Way Press, p. 45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar