Setiap tanggal 7 Oktober, umat Katolik merayakan pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci. Hari pesta perayaan Ratu Rosario Suci ini ditetapkan oleh Paus Pius V bertepatan dengan hari perayaan kemenangan perang yang pernah terjadi di Lepanto, pada tanggal 7 Oktober 1571, antara armada angkatan laut gabungan dari kerajaan-kerajaan Eropa yang dipimpin oleh Spanyol dengan armada angkatan laut gabungan dari kerajaan-kerajaan di kawasan Timur Tengah yang dipimpin oleh Turki.
Kemenangan dalam Perang Lepanto ini diklaim oleh umat Katolik sebagai anugerah kemenangan dari Allah karena pertolongan Bunda Maria, yang dimohon melalui doa Rosario. Pesta perayaan Maria Ratu Rosario Suci ini mengundang umat Katolik untuk merenungkan kembali misteri Kristus, dan mengikuti keteladanan Bunda Maria, yang terlibat aktif dalam karya penjelmaan, penebusan dan penyelamatan jiwa-jiwa.
Paus Yohanes Paulus II dalam surat apostolic “Rosarium Virginis Mariae”, mengatakan bahwa Rosario Santa Perawan Maria adalah sebuah doa yang sangat disukai oleh banyak para santo/santa, dan didukung oleh kuasa mengajar Gereja (magisterium). Doa ini punya makna yang sungguh berarti karena membawa orang kepada kesucian. Doa Rosario pada intinya adalah doa kristosentris, doa yang berpusat pada Kristus. Doa ini memiliki kedalaman pesan Injil secara menyeluruh. Bahkan dapat dikatakan bahwa doa Rosario adalah compendium atau ringkasan dari seluruh pesan Injil.
Doa Rosario merupakan gema dari doa Maria, seperti dirumuskan dalam “Magnificat”, yang menyatakan bahwa karya penebusan dimulai dari rahim Bunda Maria. Dengan doa Rosario orang-orang kristiani duduk di bangku sekolah Maria, dan mengkontemplasikan keindahan memandang wajah Kristus dan mengalami kedalaman cinta-Nya. Melalui Rosario, umat beriman menerima rahmat berkelimpahan, melalui tangan Maria, Bunda Penebus.
Pada tanggal 29 Oktober 1978, Paus Yohanes Paulus menyatakan: “Rosario adalah doa yang disukai oleh banyak orang, doa favorit umat. Doa yang menakjubkan karena kesederhanaannya dan karena kedalamannya. Doa yang sederhana ini menandai irama kehidupan manusia, yakni: gembira, bercahaya, sedih, dan mulia.”
“Doa Rosario banyak kali dilakukan demi perdamaian. Masih segar dalam ingatan kita, tragedi yang mengerikan terjadi pada tanggal 11 September 2001, penyerangan terhadap gedung WTC di Amerika Serikat, yang menelan kurban ribuan orang. Peristiwa ini akan tetap diingat sebagai hari gelap dalam sejarah kemanusiaan. Peristiwa ini mengajak kita untuk kembali menemukan sarana Rosario untuk membenamkan diri dalam kontemplasi tentang misteri hidup Kristus, yang adalah “damai kita” karena Dia yang membuat kita bersatu dan merobohkan dinding tembok permusuhan (Ef 2: 14). Akibatnya, tidak seorang pun orang kristiani berdoa Rosario lepas dari komitmen perjuangan untuk menciptakan perdamaian.”
Paus Yohanes Paulus II menyatakan: “Dalam berhadapan dengan peristiwa ini Gereja mencoba untuk tetap setia pada kharisma kenabian dan mengingatkan umat manusia akan kewajibannya membangun masa depan damai untuk manusia. Damai tidak bisa dipisahkan dari keadilan, tetapi kedamaian harus diperjuangkan dan dipelihara dengan belas kasih dan cinta.”
Pada tanggal 30 September 2001, setelah misa pembukaan sinode para Uskup, Paus Yohanes Paulus II meminta umat katolik untuk berdoa Rosario. Pesannya adalah: “Oktober adalah bulan di mana Bunda Maria Ratu Rosario dihormati. Dalam konteks situasi internasional sekarang ini, saya mengundang anda semua: individu, keluarga, komunitas, untuk mendoakan Rosario, mungkin setiap hari, memohon perdamaian, sehingga dunia dapat terlindungi dari bencana terorisme yang jahat.”
Paus Yohanes Paulus menambahkan: “Kita tidak dapat melupakan orang-orang Yahudi, orang-orang kristiani, orang-orang Muslim, bahwa mereka itu menyembah Allah yang satu dan sama. Tiga agama itu mempunyai panggilan demi kesatuan dan perdamaian. Semoga Allah berkenan memanggil dan mengutus orang-orang beriman menjadi agen perdamaian di garis depan perjuangan keadilan dan pelarangan kekerasan. Semoga Santa Perawan Maria, Ratu Damai, Ratu Rosario, melindungi semua umat manusia, sehingga kebencian dan kematian tidak pernah menjadi kata akhir.” @@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar