Tanggal 8 Mei adalah hari pesta perayaan ulang tahun Santo Petrus Kanisius yang ke-590. Tanggal 1 Agustus 2011, adalah hari yang pantas kita kenang, karena 114 tahun yang lalu, Paus Leo XIII memberikan penegasan bahwa Petrus Kanisius (1521-1797), adalah pembela iman Katolik yang cerdas dan trampil.
Melalui ensiklik “Militantis Ecclessiae” yang ditulis pada tanggal 1 Agustus 1897, Paus Leo XIII mengatakan bahwa “Petrus Kanisius adalah panutan bagi semua orang yang berjuang demi Kristus di dalam armada balatentara Gereja”. Dengan bahasa yang popular, Paus Leo XIII, menegaskan bahwa “mengenal Kanisius sama dengan mengenal pembela iman”. Petrus Kanisius adalah teladan bagi orang-orang Katolik dalam membela iman.
Pada tahun 1925, Paus Pius XI menambahkan Petrus Kanisius dalam jajaran pujangga Gereja karena kemampuan istimewanya menjelaskan dan memelihara iman Gereja Katolik Roma dari serangan pihak-pihak luar. Mereka yang mendapatkan gelar pujangga Gereja adalah santo-santa yang dikenal karena membela dan menjelaskan kebenaran iman Katolik. Mereka mendapatkan gelar demikian bukan semata-mata karena menjadi saksi iman (seperti bapak-bapak Gereja) tetapi karena penjelasan yang cerdas dan ketrampilannya yang hebat dalam membela ajaran iman Katolik.
Seperti dikatakan oleh Paus Leo XIII dalam ensikliknya mengenai Petrus Kanisius, di jaman kita “kemajuan yang begitu cepat di dalam segala cabang ilmu pengetahuan, kerapkali melahirkan musuh iman kristiani dan membuka peluang terjadinya penyerangan terhadap iman kristiani. Karena itu kita harus berkomitmen untuk melawan serangan-serangan itu. Kita harus menyiapkan diri dengan senjata di tangan. Senjata itu adalah pengetahuan yang melimpah untuk bisa memelihara dan membela iman katolik. Panutan yang sudah terbukti mampu membela iman Katolik dan menyelamatkan Gereja adalah Santo Petrus Kanisius. Seperti Santo yang besar ini, jika “orang-orang yang berjuang demi Kristus di dalam balatentara Gereja, mengenakan senjata pengetahuan dan senjata keadilan, maka mereka akan mampu membela iman lebih kuat dan lebih efektif.”
Petrus Kanisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521, di Nijmegen, Belanda, yang pada waktu itu masih merupakan bagian wilayah kekuasaan Jerman. Dia orang yang diberkati oleh Allah dengan anugerah kesucian dan pembelajaran untuk mempertahankan iman Gereja. Pada umur 22 tahun, dia menjadi seorang Yesuit Jerman yang pertama. Melalui kotbah dan tulisannya ia bersinar cemerlang sebagai seorang pemimpin Kontra-Reformasi. Setelah menyelamatkan Jerman dari pengaruh kaum Protestan, dia disebut sebagai Rasul Kedua dari Jerman (yang pertama adalah St. Bonifacius), tetapi dia juga bertanggungjawab atas restorasi kehidupan Katolik di banyak kota di seluruh Eropa.
Dia melihat bahwa dalam rangka memerangi pengajaran sesat dari mereka yang tidak setia pada iman Gereja Katolik, pengajaran yang benar dari Gereja harus disebarluaskan secara semakin luas. Dia sangat berkomitmen untuk mengusahakan tercapainya tujuan ini dengan cara menulis buku, berkotbah, dan melakukan karya misi ke seluruh penjuru benua.
Dia menulis tidak hanya untuk kaum cendekiawan tetapi juga untuk orang biasa. Tujuan utamanya adalah membuat orang Katolik mampu membela iman mereka, dan tulisan-tulisannya yang luar biasa banyak, termasuk dua buah katekismusnya yang populer yang diperuntukkan bagi kaum sederhana yang kurang berpendidikan: yang satu untuk pengajaran agama bagi anak-anak, dan yang kedua untuk kaum muda di dalam studi yang lebih tinggi. Katekismus ini juga diterangkan secara publik di gereja-gereja untuk kemanfaatan semua orang. Dengan memberikan perhatian pada usaha perlindungan iman dan moral kaum muda, Santo Petrus Kanisius juga memperhatikan pengajaran bagi anak-anak, bahkan juga menyusun buku pengetahuan dasar menulis dan tata bahasa untuk mereka. Ia juga menjadi alat yang aktif untuk mendirikan universitas dan seminari di Eropa. Dalam bahasa yang populer, ‘mengenal Petrus Kanisius berarti mengenal pembela iman’, kata Paus Leo XIII.
Petrus Kanisius meninggal pada tanggal 21 Desember 1597. Paus Pius XI melaksanakan kanonisasi untuk dia pada tahun 1925, dan mengumumkan dia sebagai pujangga Gereja. Dia dipertimbangkan sebagai salah satu pencipta percetakan Katolik, dan teladan bagi para penulis Katolik.
Karena terdorong untuk menegaskan pentingnya pengetahuan dalam pemeliharaan iman, Petrus Kanisius pernah melontarkan kata-kata yang sangat menarik untuk diperhatikan: “di biara lebih baik ada perpustakaan daripada ada kapel”. Petrus Kanisius mau mengatakan bahwa untuk membela dan memelihara iman, berdoa saja tidaklah cukup. Bagi Kanisius, meningkatkan pengetahuan akan iman itu merupakan bagian yang lebih penting untuk membela dan memelihara iman.
Jaman ini adalah abad pemberontakan terhadap iman Katolik, yang disulut oleh mereka yang terlibat dalam korupsi atau pengrusakan terhadap moralitas kaum muda. Modus operandi utama dari pengrusakan itu adalah membuat kaum muda tidak tahu tentang agama, tentang iman, tentang moralitas. Bagaimana caranya agar kaum muda menjadi gemar belajar dan membaca? Sediakan buku dan perpustakaan! Tujuan pendidikan dan penerbitan buku adalah untuk mengekspose dan melawan kesesatan ajaran iman, menegakkan kebenaran iman Katolik, serta membuat orang Katolik mampu melakukan hal yang sama atas dasar semangat dari Santo Petrus Kanisius, yang menjadi teladan bagi semua orang yang “berjuang demi Kristus di dalam armada balatentara Gereja” dengan senjata pengetahuan dan keadilan. @@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar