Ya, dialah bintang kejora keturunan Yakob. Sinarnya menerangi seluruh bumi, cahayanya gemerlap menjulang di langit yang tinggi, terjun menembus di kedalaman yang membumi. Sinarnya membanjiri seluruh dunia, lebih menghangatkan hati daripada badan, memperbanyak keutamaan, membinasakan kedosaan. Dialah bintang yang hebat, luar biasa, yang bernyala karena jasanya, yang nyalanya terbentang di atas laut, yang bersinar karena teladannya.
Jika dalam pusaran kehidupan ini kamu diombang-ambingkan badai dan ketidakpastian, dan tak lagi dapat menapakkan dirimu pada dataran yang aman, jangan kau palingkan matamu dari cahaya bintang itu, agar kau tak terhempas mengenaskan. Jika topan godaan mengancammu, jika awan hitam kemuraman menimpamu, tengadahkanlah diri ke bintang itu, dan panggilah Maria.
Jika kamu dihempaskan ke sana ke mari oleh gelombang kesombongan, kegila-hormatan, keirihatian, berserulah pada Maria. Jika perahu rohmu dihantam oleh kemarahan, keserakahan dan kenikmatan daging: pandanglah Maria. Jika kamu tersandung karena langkahmu yang megah, bingung oleh nuranimu yang sesat, gemetar oleh pengadilan yang akan dikenakan padamu, jika kamu dekat dan hampir terjungkir pada tebing keputusasaan dan jurang kegundah-gulanaan, palingkanlah pikiranmu pada Maria.
Dalam bahaya, dalam ancaman, dalam keraguan, alihkan pikiranmu ke Maria, panggilah namnya. Janganlah namanya pergi dari bibirmu, hilang dari hatimu. Untuk memperoleh doanya, janganlah kau lupa meneladan tingkah lakunya. Jika kamu meneladannya, kamu tak akan tersasar. Jika kamu memanggilnya, kamu takkan terlempar dalam kebingungan. Jika ia memegangimu, kamu takkan tersandung jatuh.
Jika ia melindungimu, tak perlu lagi kamu takut dan gentar. Jika ia membimbingmu, kamu tak kan letih lesu. Jika ia berbelaskasih padamu, kamu akan sampai pada tujuanmu dengan bahagia. Dan kamu akan mengalami sendiri, betapa benar kata-kata ini:”Nama perawan itu adalah Maria.”
- Bernhard von Clairvaux
Tidak ada komentar:
Posting Komentar