Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Kamis, 29 Maret 2012

Doa kepada Santo Yusuf




Ya Santo Yusuf, engkau menghembuskan nafas yang terakhir dalam pelukan cinta Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Ketika hari kematian kami tiba, sudilah kiranya engkau datang bersama Tuhan Yesus dan Bunda Maria untuk membantu kami.

Bantulah kami agar kami memperoleh penghiburan pada saat kami mati, dan perkenankanlah kami mati dalam pelukan tangan Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang tersuci.

Ya Tuhan Yesus, Santa Perawan Maria dan Santo Yusuf, kami menyerahkan jiwa kami, pada saat hidup dan mati kami, ke dalam rangkulan tangan-Mu yang suci dan penuh kasih. Amin.

Doa kepada Santa Veronica


Ya Yesus, Santa Veronica telah melayani Engkau di jalan salib menuju Kalvari, dengan mengusap wajah-Mu yang suci dengan handuk, dan kemudian wajah-Mu tergambar pada handuk itu.

Santa Veronica telah melindungi warisan gambar wajah-Mu, dan kapan saja orang menyentuhnya, mereka mendapatkan kesembuhan dari sakit secara mukjizat. Karena itu, kami mohon kepada-Mu agar Santa Veronica berkenan menumbuh-kembangkan kemampuan kami untuk dapat melihat wajah-Mu yang suci itu pada diri orang-orang lain, mengenali luka-luka mereka, berhenti dan bergabung di dalam perjalanan hidup mereka yang sulit, dan merasakan belarasa yang sama pada mereka karena Santa Veronica telah melakukan itu untuk-Mu.

Tunjukkanlah pada diri kami bagaimana caranya mengusap wajah-wajah mereka, melayani kebutuhan mereka, dan menyembuhkan luka-luka mereka. Ingatkanlah kami bahwa ketika kami mengerjakan hal itu untuk mereka, kami pun juga melakukan hal itu untuk-Mu. Ya, Santa Veronica, dokanlah kami. Amin.

Senin, 19 Maret 2012

St. Perawan Maria Ratu Damai

Ratu Damai, atau Regina Pacis (Latin) adalah sebuah gelar yang diberikan oleh Gereja kepada Bunda Maria. Kita tahu bahwa Paus Benediktus XV (1854-1922) menambahkan gelar Bunda Maria sebagai Ratu Damai pada doa Litani St. Perawan Maria pada tanggal 24 Desember 1915. Persis seminggu sebelum penampakan Bunda Maria di Fatima, pada tanggal 5 Mei 1917 Paus Benediktus XV melalui surat yang ditujukan kepada para uskup, mengumumkan gelar Ratu Damai untuk Santa Perawan Maria, tepat pada hari-hari gelap berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Kepada tiga anak puteri di Fatima, yaitu: Yacinta, Francesco dan Lucia, Bunda Maria menyampaikan pesan: “Berdoalah Rosario untuk mohon damai”.

Pada tahun 1917 Paus Benediktus XV melihat bahwa masyarakat Eropa yang dianggap sudah beradab itu menunjukkan tanda-tanda buruk bunuh diri. Banyak orang Katolik menunjukkan tanda-tanda bahwa iman mereka mulai mati. Krisis yang terjadi di masyarakat Eropa menunjukkan adanya tanda-tanda yang mengarah pada proses kehilangan iman. Dalam pandangan Paus Benediktus XV, Bunda Maria adalah Ratu Damai yang bisa menjadi perantara antara manusia dengan Allah. Maria adalah fajar perdamaian di dalam kegelapan dunia yang terpecah belah.

Demikianlah seruan Bapa Suci Benediktus XV kepada para uskup dan para kardinal pada tanggal 24 Desember 1915 itu: “Ketika manusia menjadi keras hatinya dan kebencian merajalela di dunia, ketika senjata dan pedang mencabik-cabik dunia dan dunia meraung dan meratap karena perang, ketika rencana-rencana manusia terbukti tersesat, dan ketika kesejahteraan masyarakat terganggu, iman dan sejarah menunjuk kepada Bunda Maria sebagai satu-satunya tempat untuk mengungsi, sebagai pengantara yang maha dahsyat, sebagai pengantara segala rahmat . Karena itu, marilah kita berseru dengan suara lantang dan penuh keyakinan: Ya Bunda Maria, Ratu Damai, doakanlah kami!”

Dalam menghadapi situasi perang, Paus Benediktus XV menggalang kekuatan dan energinya untuk mencoba meyakinkan para kepala Negara dan para kepala pemerintahan untuk meletakkan senjata dan berani duduk bersama di meja perundingan untuk memecahkan masalah-masalah Eropa dengan damai. Paus mengorganisasi lembaga-lembaga karitatif untuk membantu para pengungsi, para tawanan, mereka yang terluka dan tersiksa, tanpa memandang keyakinan politik atau agama. “Di mana cinta kasih dapat menjangkau, di situ sakit dan penderitaan dapat sirna.”, demikian kata Paus Benediktus XV.

Maria tidak pernah berhenti untuk memohon damai kepada Puteranya meski saatnya belum tiba (Yoh 2: 4). Pada saat pesta perkawinan di Kana, Maria menunjuk kepadaYesus, dan dengan jelas memberi nasihat: “Lakukan apa saja yang dikatakan oleh Dia” (Yoh 2: 5). Pergi kepada Puteranya dan melakukan apa saja yang diminta oleh Yesus, hanya itulah yang menjadi nasihatnya. Maria selalu campur tangan atas nama kemanusiaan di saat bahaya. Pada hari ini pula Maria yang adalah Bunda penasihat kita di dalam situasi malapetaka dan bahaya, akan dengan cepat mendengarkan doa-doa kita. Maria yang adalah Ratu Damai, Ratu dari kerajaan Damai dan bukan ratu dari kerajaan perang dan malapetaka, tidak pernah akan menolak doa dan harapan kita anak-anaknya yang percaya kepadanya.

Tanpa memandang segala mukjizat dan penampakan-penampakan yang terjadi untuk berkembangnya devosi, hakikat devosi kepada Bunda Maria, bagi Maria adalah mengantar kita kepada Yesus. Tidak ada devosi kepada Bunda Maria yang berakhir dengan Bunda Maria. Devosi yang benar kepada Maria membimbing kita supaya akhirnya kita berjumpa dengan Yesus dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Pada hari ini ketika kita menghormati Maria sebagai Bunda Yesus dan Ratu Damai, siapa pun dan di mana pun berada, perjalanan hidup kita diberkati dengan damai, hanya bilamana Yesus bersama kita dan bilamana kita melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.

Maria adalah Ratu Damai, karena di dalam diri Puteranya, yaitu Yesus, segala dosa, kekerasan dan kebencian, bahkan kematian pun bisa diatasi. Setelah Yesus bangkit dari mati, Dia memberikan salam kepada setiap orang “Damai besertamu!”. Salam ini tidak hanya bagi mereka yang tinggal bersama dengan Dia, tetapi juga bagi mereka yang meninggalkan Dia. Yang dimaksud dengan Damai bagi Yesus adalah bahwa Dia tidak berpikir tentang adanya gangguan atau bahaya bagi siapa pun, sebab bagi pejuang damai, setiap orang adalah saudara dan saudari.

Jika Tuhan Yesus Kristus adalah Raja Damai, Sang Sumber Damai, maka Maria ibu-Nya adalah Ratu Damai. Tanpa Yesus, di dunia ini tidak akan ada damai, yaitu: (1) damai antara Allah dan manusia melalui pengampunan dosa, (2) damai antar manusia karena kehendak mereka disatukan dengan kehendak Allah, dan (3) damai di antara manusia karena mereka menegakkan keadilan sebagai wujud dari cinta kasih yang terbebaskan dari cinta diri.

Sampai hari ini sejarah perjalanan dua millennium mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada damai sejati di dunia ini atau di dalam hati manusia, kecuali melalui iman dan percaya kepada Yesus sang Putera Maria. Dan seperti Simeon, dalam kata-katanya kepada Maria kita juga memiliki harapan untuk bisa mengatakan kata-kata yang sama sebelum kita mati nanti: “Tuhan, perkenankanlah hambamu berpulang dalam damai, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu.” (Luk 2: 29-30).

Dalam situasi di mana perang, konflik, perpecahan, pembunuhan, dan tindak kekerasan, terjadi di mana-mana di negeri tercinta kita ini dan mengancam hidup manusia, maka pantaslah kita memohon kepada Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria sang Ratu Damai, agar di negeri kita ini tercipta kehidupan masyarakat yang berkeadilan, damai, dan sejahtera, sebagai perwujudan iman kepada Allah dan cintakasih kepada sesama tanpa memandang keperbedaan keyakinan politik dan agama, dan semoga para pejuang keadilan dan kedamaian senantiasa dikaruniai oleh Allah kekuatan iman.

“Ya, Maria Ratu Damai, bantulah kami untuk memahami apa artinya damai, yang tidak lain adalah hati yang terbebaskan dari dosa, hati yang bersih dan jernih. Bantulah kami agar kami mampu menjadi penegak keadilan dan pembangun kedamaian, mampu membuat tempat di mana kami hidup ini menjadi tempat tinggal yang lebih baik dan lebih layak, sebagai wujud keselamatan dari Kristus Puteramu, yang adalah Damai sejati dan lestari. Amin.”

Senin, 12 Maret 2012

Doa untuk Keluarga

Bapa di surga, Engkau telah memberikan kepada kami teladan hidup berkeluarga di dalam  keluarga kudus dari Nazareth. Bantulah kami, ya Bapa yang Mahakasih, dalam usaha kami membangun keluarga kami menjadi keluarga Nazareth yang lain, di mana cinta, damai dan kegembiraan meraja di dalam keluarga kami.

Semoga keluarga kami menjadi tempat untuk merenungkan secara mendalam dan untuk menghayati hidup yang bersumber pada Ekaristi dengan penuh kegembiraan. Bantulah kami untuk tetap tinggal bersama dalam kegembiraan dan kesusahan. Ajarlah kami untuk dapat melihat Yesus di dalam diri para anggota keluarga kami, terutama di saat-saat yang sulit yang kadang membuat kami merasa tertekan dalam hidup.

Semoga Hati Kudus Yesus membuat hati kami menjadi lembut dan rendah hati seperti Hati Yesus, dan semoga Hati Kudus Yesus membantu kami untuk kuat menanggung kewajiban-kewajiban hidup berkeluarga dengan cara yang suci.

Semoga hari demi hari, kami semakin saling mencintai satu sama lain, seperti Allah sendiri mencintai setiap orang di antara kami, dan semoga kami pun juga semakin mampu saling mengampuni kesalahan kami satu sama lain, seperti Engkau mengampuni dosa-dosa kami.
Bantulah kami ya Bapa yang Mahakasih, untuk mengambil apa pun yang Engkau berikan kepada kami, dan untuk memberikan kepada Engkau apa pun yang Engkau ambil dengan tersenyum lebar.

Ya Hati Maria yang tak bernoda, sumber kegembiraan kami, doakanlah kami.
Ya Santo Yusup, doakanlah kami.
Para malaikat penjaga dan pelindung kami, besertalah dengan kami, bimbinglah dan lindungilah kami. Amin.

@@@

Sabtu, 10 Maret 2012

Doa kepada St. Yusup Pekerja

Ya Santo Yusup yang mulia, engkaulah teladan bagi semua orang yang membaktikan dirinya untuk bertekun dalam bekerja, bantulah aku agar aku dapat memperoleh rahmat
untuk bekerja dengan semangat pertobatan, dan oleh karena itu dapat menjadi silih bagi dosa-dosaku,
untuk dapat bekerja secara sadar, dengan menempatkan devosi ke dalam tugas-tugasku sebelum aku melaksanakan kecenderungan kehendak hatiku sendiri,
untuk bekerja dengan penuh rasa terima kasih dan kegembiraan, dengan menganggap pekerjaan itu sebagai suatu kehormatan untuk dilaksanakan dan dikembangkan,
karena pekerjaan itu merupakan anugerah yang aku terima dari Allah yang mahakuasa,
untuk bekerja secara teratur, dalam damai, dalam kebersahajaan, dan dalam kesabaran, tanpa pernah menjauhkan diri dari rasa keletihan dan kesulitan;
untuk bekerja dengan intensi yang murni dan dengan semangat melepaskan diri dari cinta diri, dan selalu memandang kematian sudah ada di depan mataku, dan menghitung apa yang harus aku lakukan ketika sakit tiba saatnya, ketika bakat-bakatku sudah tidak dapat dipergunakan lagi, ketika tidak ada lagi sesuatu yang berarti yang bisa dikerjakan, dan ketika aku jatuh dalam kesombongan hampa karena sukses, yang sungguh tidak ada artinya bagi karya Allah.
Segala-galanya untuk Yesus,
Segala-galanya melalui Maria,
Segala-galanya di dalam rangka usaha untuk meneladan engkau, ya Santo Yusup yang terberkati.
Aku mengharapkan ini semua menjadi mottoku di dalam menjalani hidup dan mati. Amin.