AMDG itu inti dari spiritualitas Ignatian. Kata itu mengungkapkan suatu hidup yang penuh penyerahan diri kepada Allah di mana Allah menjadi pusatnya. St. Ignatius adalah seorang pengikut Yesus Kristus yang penuh semangat. Ia membawa serta perutusan Yesus "di bawah panji-panji salib". Semboyannya yang terus menerus diperjuangkan adalah "apa yang lebih dapat diperbuat untuk Kristus?".
Di dalam segala usahanya ia selalu mencari apa yang bisa dikerjakan "lebih" untuk Kristus, demi lebih besarnya kemuliaan Allah, dan demi kebaikan manusia seutuhnya, dengan cara: mencintai dan melayani Tuhan tanpa syarat; memberi tanpa menghitung ongkos; berperang tanpa memperhatikan luka; bekerja keras tanpa mempertimbangkan waktu istirahat; bekerja tanpa mengharapkan imbalan; yang penting bagi Ignatius adalah lebih memuliakan Allah melalui karya dan pelayanan dan perbuatan baik itu.
Semua orang yang dibimbing oleh semangat AMDG berusaha untuk menjadi manusia yang lebih penuh dan lebih hidup. Bagi mereka hidup ini merupakan suatu proses yang tidak akan pernah berhenti berevolusi dan bertumbuh. Semangat AMDG mendorong orang untuk meningkatkan kreativitas dalam hidup. Semangat itu memampukan mereka untuk mengembangkan dan menggunakan imajinasi dan bakat-bakat mereka untuk lebih produktif dan proaktif. Semangat AMDG mengisi mereka dengan enerji, dinamisme, dan kegairahan hidup. Dengan semangat itu mereka menjadi bergairah, terlibat dan melaksanakan segala tugas dengan penuh tanggungjawab. AMDG memotivasi mereka untuk "saling merawat dan berbagi" sehingga mereka berkembang menjadi pribadi-pribadi yang murah hati, penuh kebaikan dan berbelaskasih.
Setiap orang dari antara kita adalah makhluk ciptaan yang unik; memiliki potensi yang tak terbatas untuk mencapai prestasi yang istimewa, manakala ia mengungkapkan secara penuh unsur-unsur ilahi yang ada dalam dirinya. Ketika kita menyesuaikan sikap dan tindakan kita kepada kehendak Allah, maka kita akan memperluas kemuliaan Allah karena kita menjadi sungguh hidup secara penuh utuh. Menjadi pribadi yang hidup secara penuh utuh adalah karakteristik pribadi yang menyimpan hidupnya sebagai anugerah Allah, dan menggunakan tubuhnya, pikirannya, hatinya, jiwanya, sedemikian rupa sehingga membangun hidup yang utuh.
Ketika mempersembahkan pikiran, kata-kata, tindakan kita, demi kemuliaan Allah yang lebih besar kita menyatakan bahwa kita ini adalah anak-anak Allah, dan bahwa hidup kita ini adalah anugerah Allah bagi kita, dan bahwa kita ini adalah hadiah dari Allah bagi dunia. Dengan menerapkan anugerah Allah dalam hidup kita sehari-hari, kita dapat menghayati hidup kepada kepenuhan dengan cara menggunakan anugerah-anugerah kita dan bakat-bakat kita dan berbagi dengan orang lain untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan segala sesuatu "demi lebih besarnya kemuliaan Allah".
Cinta dan pelayanan adalah ungkapan konkret dari proses pertumbuhan integral sebagai seorang pribadi dan tanggungjawab kita sebagai mitra-pencipta (co-creator). Menurut St. Ignatius, alat uji cintakasih yang efektif adalah perbuatan dan bukan kata-kata. Cintakasih yang nyata melibatkan pengurbanan diri. Kita dapat menemukan dua sikap esensial untuk hidup secara penuh utuh, yaitu: penyerahan diri kepada Allah dan cintakasih yang meluar. Untuk dapat melaksanakan cinta yang meluar dan juga pelayanan, dari kita dituntut kemurahan hati yang dilandasi oleh kekuatan rahmat Allah, dan dimotivasi oleh keinginan yang terbebaskan dari cinta diri untuk mencerminkan kemuliaan Allah yang lebih besar.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar