Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Sabtu, 03 November 2012

Berpengharapan: Belajar dari Bunda Maria

Hari tanggal 4 Nopember 2012, adalah hari Minggu Biasa XXXI. Gereja mengajak kita untuk merenungkan kembali perintah Tuhan yang utama, yakni: mencintai Tuhan dan mencintai sesama. Kita diingatkan kembali untuk hidup bagi sesama dan bersama-sama dalam persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian hidup kita sehari-hari, rumah dan ruang kerja kita, dapat menjadi tempat di mana kita beribadat kepada Tuhan dan bertemu dan bersatu dengan Yesus, dengan kesadaran bahwa Dialah jalan kita satu-satunya. Dialah yang menyelamatkan kita dan kini menjadi pengantara di hadapan Bapa.

Pada hari pertama Novena (2 September 2012) di tempat ziarah Gua Maria Tritis, kita telah belajar dari Bunda Maria tentang kerendahan hati. Pada hari kedua Novena (7 Oktober 2012) kita belajar tentang keutamaan iman. Pada hari ketiga ini (4 Nopember 2012), kita akan belajar dari Bunda Maria tentang keutamaan harapan. Harapan itu timbul karena iman. Allah menerangi kita lewat iman sehingga kita mengenali kebaikan Allah dan janji-janji yang telah dibuat-Nya. Karena pengetahuan itu kita menjadi punya harapan akan keinginan memiliki Dia. Maria memiliki harapan dalam tingkatan yang istimewa. Harapan ini membuat dirinya dekat dengan Allah, seperti dikatakan oleh Daud penulis Mazmur, “Tetapi aku, aku dekat dengan Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Allah supaya aku dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya” (Mzm 72: 28).

Bunda Maria itu adalah mempelai Roh Kudus. Tentang dia dikatakan “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun; yang bersandar pada kekasihnya?” (Kid 8: 5). Penulis Kitab Kebijaksanaan menggambarkan dunia sebagai padang gurun. Maria muncul dari padang gurun, artinya terikat dengan hal-hal yang sifatnya duniawi. Karena itu Maria tidak menyandarkan diri pada makhluk dunia dengan segala kebaikannya, tetapi kepada rahmat ilahi. Maria selalu maju dalam cintanya kepada Allah. Tentang Maria, Ailgrino mengatakan: “Ia naik dari padang gurun, yakni dari dunia, ia mengumumkan dan mempertimbangkan dunia itu sebagai padang gurun, ia kembali kepada ikatan emosinya dari ikatan dunia itu. Ia bersandar pada Pribadi yang tercinta. Dia percaya bukan pada kebaikan dirinya tetapi percaya pada rahmat yang diberikan oleh Allah sendiri.”

Santa Perawan Maria yang tersuci memberikan indikasi yang jelas mengenai keagungan kepercayaannya kepada Allah. Pada tempatnya yang pertama ia memperlihatkan keagungan kepercayaannya kepada Allah, adalah ketika dia memperlihatkan kekhawatirannya tentang Yusuf suaminya yang suci itu. Karena tidak mampu memahami kehamilan Maria, pikiran Yusuf terganggu. Dan Yusuf berniat untuk meninggalkan Maria. Tetapi “Yusuf yang tulus hati itu tidak mau mencemarkan nama baik isterinya dan karena itu dia tidak bermaksud untuk menceraikannya dengan diam-diam.” (Mat 1: 19).

Dan Maria merasa tidak perlu menyatakan kepada Yusuf bahwa dia telah menerima misteri tersembunyi itu. Dia tidak ingin dirinya mewahyukan rahmat yang telah dia terima. Maria berpikir bahwa adalah lebih baik jika dia menyerahkan diri kepada penyelenggaraan ilahi, dan percaya penuh bahwa Allah sendiri akan membela ketidaktahuan dan reputasinya. Persis inilah yang ditunjukkan oleh Cornelius Lapide yang menyatakan komentarnya menanggapi teks Kitab Suci yang dikutip itu, yakni: “Santa Perawan Maria tidak mau mengungkapkan rahasia itu kepada Yusuf, dia akan tetap merahasiakan anugerah dari Allah itu; karena itu dia menyerahkan semuanya kepada penyelenggaraan ilahi, dia sepenuhnya percaya bahwa Allah akan menjagai ketidaktahuan dan reputasinya.”

Maria sekali lagi menunjukkan kepercayaannya kepada Allah ketika dia tahu bahwa saat kelahiran Tuhan sudah dekat. Dia menyewa tempat miskin di Betlehem, membopong sang bayi di kandang, dan membaringkan-Nya di palungan, karena tidak ada ruang penginapan bagi-Nya. (Luk 2: 7). Dia tak mengeluh sepatah kata pun. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, dan dengan kepercayaannya yang penuh itu ia yakin bahwa Allah akan membantu dia.

Bunda Maria juga menunjukkan betapa besar kepercayaannya pada penyelenggaraan ilahi ketika dia menerima nasihat dari Yusuf bahwa mereka harus mengungsi ke Mesir. Pada suatu malam Maria melakukan perjalanan ke suatu tempat yang belum dikenali dan masih asing, tanpa persiapan, tanpa persediaan apa pun, tanpa uang. Dia hanya ditemani oleh Yesus sang bayi dan suaminya yang miskin, yang bangun, yang mengambil Anak serta ibu-Nya malam itu juga, dan menyingkir ke Mesir (Mat 2: 14).

Tetapi masih banyak lagi bukti kepercayaan Maria yang sungguh mengagumkan ketika dia meminta anaknya untuk menyediakan anggur pada pesta perkawinan di Kana. Karena Maria mengatakan “Mereka kekurangan anggur”, Yesus pun menjawab kepada ibu-Nya, “Mau apakah engkau dari pada Aku, ibu? Saatku belum tiba.” (Yoh 2: 3). Setelah menjawab dan terbukti bahwa Yesus menolak, kepercayaannya kepada Allah sebegitu besar bahwa Maria menginginkan para pelayan pesta akan melakukan apa saja yang Yesus katakan kepada mereka; dan betul anugerah itu diberikan. “Lakukan apa saja yang diperintahkan oleh-Nya kepadamu.” Demikianlah yang terjadi. Yesus memerintahkan kepada para pelayan untuk mengisi tempayan-tempayan dengan air; maka berubahlah air menjadi anggur.

Marilah kita sekarang belajar dari Bunda Maria bagaimana kita dapat memiliki kepercayaan kepada Allah, demi keselamatan abadi kita. Di dalam kerangka keselamatan abadi itu kita mesti bekerjasama dengan Allah, karena hanya dari Dialah kita berharap untuk mendapatkan rahmat yang kita butuhkan untuk memperoleh keselamatan abadi itu. Kita harus tidak percaya pada kekuatan diri kita sendiri, tetapi seperti dikatakan oleh St Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4: 13)
Dari Kitab Sirakh kita tahu bahwa Bunda Maria adalah Bunda Harapan Kudus (Sir 24: 24), Bunda Gereja Kudus, dan Bunda Harapan kita. Karena Yesus, Bunda Maria adalah Bunda Harapan. Santo Bernardus menyebut Maria sebagai “Engkaulah sumber pengharapanku”, dan bersama Santo Bonaventura kita juga dapat mengulangi lagi sebutan itu “Ya Maria engkaulah tumpuan harapan untuk keselamatan semua orang, selamatkanlah kami juga.” ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar