Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Sabtu, 02 Maret 2013

Kemiskinan: Belajar dari Bunda Maria

Tentang kemiskinan kita bisa belajar tidak hanya dari Tuhan kita Yesus Kristus tetapi juga dari Bunda Maria.

Dari Tuhan Yesus, kita dapat belajar bagaimana Dia memandang rendah barang-barang duniawi. Kita juga bisa meneladan Dia, yang telah berkenan memilih hidup miskin di muka bumi ini. “Sekalipun kaya,” kata Santo Paulus, “Dia telah berkenan menjadi miskin demi kamu, yang oleh karena kemiskinan-Nya kamu bisa menjadi kaya” (2Kor 8: 9). Karena itu, Yesus Kristus menasihati setiap orang yang hendak menjadi murid-Nya, “Jika kamu ingin sempurna, pergilah, juallah segala milikmu, dan berikan semuanya kepada orang miskin …. Dan datanglah ke mari dan ikutilah Aku.” (Mat 19: 21).

Maria, yang adalah murid Tuhan yang paling sempurna, meniru keteladanan-Nya secara paling sempurna. Santo Petrus Kanisius membuktikan bahwa Maria berkenan hidup dalam kemiskinan, dengan meneladan hidup orangtuanya, tetapi dia lebih suka untuk tetap hidup miskin. Dia hanya menikmati sebagian kecil dari apa yang dia miliki untuk memenuhi kebutuhan dirinya, dan sisanya dipersembahkan ke Kenisah dan dibagikan untuk orang-orang yang membutuhkan.

Banyak para penulis percaya bahwa Maria sudah mengucapkan kaul kemiskinan. Mungkin dengan berdasarkan pada keyakinan seperti ini, betullah apa yang dikatakan oleh Santa Brigitta: “Sejak dari awal, aku telah berjanji dalam hati bahwa aku tidak akan memiliki apa pun di dunia ini.” Hadiah-hadiah yang pernah diterima dari para sarjana dari Timur sungguh tak ternilai harganya. Tetapi kita diyakinkan oleh Santo Bernardus bahwa Maria membagi-bagikan hadiah-hadiah itu untuk orang-orang miskin melalui tangan SantoYosef. Sungguh amat jelas bahwa Maria menyerahkan hadiah-hadiah itu kepada orang lain karena suatu fakta bahwa pada saat pentahiran di kenisah ia tidak mempersembahkan anak domba, seperti dituntut oleh hukum Taurat (bdk. Kitab Ulangan 12: 6), tetapi mempersembahkan dua ekor merpati, seperti layaknya persembahan dari orang miskin (Luk 2: 24).

Bunda Maria pernah menyatakan kepada Santa Brigitta: “Aku menyerahkan semua itu kepada orang miskin; dan aku hanya memerlukan sedikit saja makanan dan pakaian untuk diriku.” Karena cintanya pada kemiskinan Bunda Maria ingin menikah dengan Santo Yosef yang hanya seorang tukang kayu yang sederhana. Maria membantu memelihara keluarga dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan tangan, entah memintal benang, atau menjahit, sebagaimana dikatakan oleh Santo Bonaventura.

Malaikat Tuhan menyatakan kepada Santa Brigitta bahwa “kekayaan dunia tidak punya nilai menurut kacamata pandang Bunda Maria.” Bunda Maria selalu menjalani hidupnya yang miskin, dan dia juga meninggal dunia dalam kemiskinan. Metaprastes dan Nicephorus mengatakan kepada kita bahwa pada saat kematian, Maria tidak meninggalkan apa-apa, kecuali dua pakaian sederhana. Dia meninggalkan harta kekayaannya itu kepada dua wanita yang pernah melayani dia selama bertahun-tahun dalam masa hidupnya kemudian.

Santo Filipus Neri pernah mengatakan bahwa “Tidak ada orang yang mencintai dunia akan menjadi santo.” Kita bisa menambahkan juga kata-kata Bunda Teresa dari Kalkuta tentang perihal yang sama, bahwa keutamaan kemiskinan adalah harta warisan yang mampu memuat segala warisan kekayaan yang lain. Bunda Teresa mengatakan bahwa keutamaan kemiskinan tidak hanya memuat pemikiran “menjadi miskin” tetapi “mencintai kemiskinan”. Karena itu, Tuhan Yesus Kristus bersabda: “Berbahagialah orang yang miskin dalam Roh, sebab merekalah yang memiliki Kerajaan Sorga.” (Mat 5: 3).

Orang-orang macam itulah yang berbahagia karena mereka tidak menginginkan sesuatu yang lain kecuali Allah, dan menemukan segala sesuatunya di dalam Allah. Kemiskinan bagi mereka adalah surga di dunia. Inilah yang dikatakan oleh Santo Fransiskus ketika dia berseru: “Tuhanku adalah segalanya.” Marilah kita bersama-sama dengan Santo Ignatius menyerukan kata-kata ini kepada Tuhan kita: “Berikanlah kepadaku rahmat dan cinta-Mu, dan dengan itu saja aku sudah akan cukup kaya.” “Ketika kita harus menderita karena kemiskinan,” kata Santo Bonaventura, “marilah kita menghibur diri kita dengan berpikir bahwa Yesus dan Bunda-Nya telah juga miskin seperti diri kita sendiri.”

Ya Bunda Maria, Bunda yang tersuci, Engkau memiliki alasan untuk mengatakan kepada kami bahwa seluruh kegembiraanmu adalah kegembiraan di dalam Allah; dan semangat kami bergembira di dalam Allah, penyelamat kami. Di dunia ini Engkau menghendaki kami untuk mencintai Allah semata. Doronglah kami agar kami dapat meneladan engkau. Ya Bunda Maria, jauhkanlah kami dari dunia, supaya kami dapat hanya mencintai Tuhan, yang sudah terlebih dahulu mencintai kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar