Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Selasa, 26 Maret 2013

Ketaatan: Belajar dari Bunda Maria

Saudara-saudari terkasih, pada hari ketujuh dalam rangkaian Novena yang mengangkat tema umum: “Kokoh dalam Iman bersama Maria”, kali ini kita akan belajar dari Bunda Maria tentang keutamaan “ketaatan.” Bunda Maria mencintai ketaatan sedemikian rupa sehingga ketika malaikat menyampaikan berita yang mengagetkan, dia menanggapi berita panggilan itu dan menyebut dirinya sebagai hamba Allah: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1: 38).

Sesuai dengan pandangan Santo Thomas Villanova, “Hamba yang setia ini tidak pernah melawan kehendak Allah, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Maria senantiasa menghayati kehendak apa pun yang datang dari luar dirinya, dan dalam segala hal Maria senantiasa taat akan kehendak Allah.” Maria sendiri melakukan hal itu dengan kesadaran penuh bahwa Allah berkenan karena ketaatannya itu, sebagaimana Maria pernah mengatakan: “Allah telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya (Luk 1: 48).

Kerendahan hamba itu memuat keinginan untuk taat secara tepat. Santo Irenaeus mengatakan bahwa dengan ketaatannya Maria telah memperbaiki kejahatan yang dilakukan oleh ketidak-taatan Hawa: “Karena dengan ketidak-taatanya Hawa telah menjadi sebab dari kematiannya sendiri dan kematian seluruh umat manusia, maka Maria dengan ketaatannya telah menjadi sebab dari keselamatan dirinya dan keselamatan seluruh umat manusia.”

Ketaatan Maria jauh lebih sempurna katimbang ketaatan orang-orang kudus. Semua orang yang lain memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat, dan mereka menemukan kesulitan untuk melakukan kebaikan, karena dosa asal. Tetapi tidak begitu untuk Maria. Santo Bernardinus menulis bahwa karena Maria terbebaskan dari dosa asal, maka dia tidak menemukan kesulitan untuk taat kepada Allah. “Maria itu seperti sebuah roda”, kata Santo Bernardinus, “mudah bergerak karena dorongan ilham yang datang dari Roh Kudus. Tujuan satu-satunya di dunia ini adalah memusatkan perhatiannya kepada Allah, mempelajari kehendak-Nya dan kemudian melaksanakannya.”

Maria membuktikan cintanya pertama-tama demi taat, demi menyenangkan Allah, Maria taat kepada kaisar Roma, dan memutuskan untuk melakukan perjalanan panjang menuju Betlehem. Waktu itu adalah musim dingin. Jarak yang ditempuh kira-kira tujuh puluh mil. Maria sedang mengandung dan begitu miskin sehingga ia harus melahirkan anaknya di sebuah kandang khewan. Maria juga taat ketika dia harus melakukan perjalanan di malam hari ketika Yosef menyarankan agar Maria dan anaknya harus menyingkir ke Mesir. Maria tidak mau kehilangan kesempatan untuk melaksanakan ketaatannya, karena Maria sudah senantiasa siap sedia untuk taat.

Bunda Maria memperlihatkan ketaatannya yang paling berani, ketika dia menaati kehendak Allah: mempersembahkan anaknya untuk mati. Dengan ketaatannya yang sempurna itu, Maria telah siap sedia ketika puteranya harus disalibkan. Itulah mengapa Santo Anselmus mengatakan: “Maria diberkati oleh Allah karena telah menjadi Bunda Allah, tetapi selalu lebih diberkati lagi oleh Allah karena Maria selalu mencintai dan selalu menaati kehendak Allah.

Karena alasan itu, semua orang yang mencintai ketaatan sungguh membuat Bunda Maria sangat berkenan. Pada suatu ketika Bunda Maria menerima seorang biarawan dari ordo Fransiskan bernama Accorso, yang sedang berada di dalam sel tahanan. Sementara Bunda Maria hadir di sana, ketaatan telah menuntut Accorso untuk pergi mendengarkan pengakuan dari seorang yang sedang menderita sakit. Kemudian Accorso pergi ke tempat orang sakit itu, dan melayani sakramen tobat. Sekembalinya Accorso dari tugas, Bunda Maria telah menunggunya di sel tahanan, dan di sana Bunda Maria memuji ketaatan Accorso menjalankan tugas pelayanannya.

Pada suatu ketika Bunda Maria pernah menyatakan kepada Santa Brigitta tentang perlunya taat kepada bapa rohaninya, dengan mengatakan: “Ketaatan kepada bapa rohani adalah ketaatan yang mampu membawa jiwa-jiwa kepada kemuliaan.” Santo Filipus Neri mengatakan: “Allah tidak memperhitungkan segala-sesuatu yang sudah dilakukan dengan taat, karena Dia sendiri telah mengatakan: “Barang siapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku, dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” (Luk 10: 16). Maria telah menyatakan kepada Santa Brigitta bahwa oleh karena warisan ketaatannya dia memperoleh daya kekuatan besar sehingga tak ada seorang pun pendosa yang dipanggil tidak memperoleh pengampunan, betapa pun besarnya kejahatan yang pernah dilakukannya.

Ya Maria, Ratu Surga dan Bunda kami yang tersuci, jadilah bagi kami pengantara kepada Yesus. Karena warisan ketaatan yang engkau miliki perkenankanlah kami juga boleh mendapatkan kesetiaan dalam menaati kehendak Allah dan selalu setia dalam melaksanakan arahan dan bimbingan dari para bapa rohani kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar