Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Selasa, 26 Maret 2013

Keutamaan Ketaatan dalam Semangat Ignatian

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, menurut Dr. S. Ignacimuthu SJ, dalam bukunya “Values for Life” (1999: 102), ketaatan adalah kesiapsediaan untuk tunduk pada perintah, keinginan, dan bimbingan orang lain. Dengan taat, kita mengesampingkan egoisme kita, menyingkirkan dorongan-dorongan pribadi kita yang sifatnya egoistis. Ketaatan melatih kita untuk mengurbankan keinginan dan kehendak pribadi kita, demi sesuatu yang lebih mulia. Ketaatan mengajarkan kepada kita untuk menyangkal diri. Ketaatan mendorong kita untuk bertindak menurut keinginan orang lain. Ketaatan memberikan daya kekuatan moral dan kekuatan spiritual untuk diperintah oleh orang lain. Semakin taat, maka orang semakin mudah untuk bersedia diatur.

Sebagai ilustrasi, Ignacimuthu mengingatkan kita tentang seorang misionaris ulung yang pernah singgah di negeri kita, yakni: Fransiskus Xaverius. Franciscus Xaverius, sudah mengajar di Universitas Paris, ketika Ignatius Loyola menantang dia untuk menerima dan mengikuti panggilan Tuhan. Setelah bergabung dengan Ignatius, ia menjadi sahabat yang dekat dan bekerja demi keselamatan manusia. Kemudian Franciscus Xaverius menanggalkan kepentingan dirinya dan taat kepada Ignatius sebagai pemimpinnya, dan pergilah dia ke India. Karena ketaatannya itu dia menjadi salah satu misionaris yang terbesar yang pernah hidup di dunia ini. Jenasahnya yang masih utuh dan tidak rusak sampai hari ini masih bisa kita lihat wujudnya.

Ketaatan adalah keutamaan yang dianggap penting oleh Santo Ignatius. Santo Igna-tius pernah meminta kepada para pengikutnya untuk unggul dalam keutamaan ketaatan dan menegaskan kepada mereka agar ketaatan itu menjadi ciri-khas mereka. Karena pentingnya ketaatan itu, Santo Ignatius menegaskan kepada para pengikutnya melalui suratnya demikian: “Meskipun dalam segala keutamaan dan rahmat rohani aku menghendaki kesempurnaan dari anda semua, namun di dalam nama Allah Tuhan kita Yesus Kristus, aku menghendaki supaya anda semua unggul dalam keutamaan ketaatan, melebihi keutamaan yang lain.” Dengan pernyataan seperti itu Santo Ignatius mau mengatakan bahwa keutamaan ketaatan merupakan tumpuan hidup dan kesejahteraan Serikat Yesus. Dengan kata lain, kehidupan dan kesejahteraan Serikat bertumpu pada keutamaan ketaatan yang dimiliki oleh para anggota Serikat.

Dalam perspektif spiritualitas Ignasian, konsep ketaatan berakar pada Latihan Rohani Santo Ignatius. Ketika memasuki Latihan Rohani, para peserta retret diajak untuk mendalami Asas dan Dasar (LR 23), yang merupakan permenungan awal dalam Minggu Pertama. Asas dan Dasar merupakan dasar untuk mengikuti retret karena Asas dan Dasar itu merumuskan tujuan hidup manusia diciptakan, dan merupakan landasan bagaimana orang harus membangun relasi dasar dengan Allah dan relasi dengan alam ciptaan. Asas dan Dasar menyatakan bahwa “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati dan melayani Allah Tuhan kita.” (LR 23), dan segala sesuatu yang berada di muka bumi ini diciptakan untuk manusia untuk membantu dia mencapai tujuan dia diciptakan.

Manusia harus menggunakan ciptaan sejauh membantu dia mencapai tujuan hidupnya, dan harus meninggalkannya sejauh menghalangi dia untuk mencapai tujuan hidupnya itu. Karena itu, sikap dasar dari manusia dalam relasinya dengan semua ciptaan harus merupakan sikap yang mengijinkan dirinya menjadi terbuka untuk menggunakan atau tidak menggunakan ciptaan itu. Faktor yang penting di sini adalah bahwa manusia tidak boleh mendisposisikan dirinya untuk mencegah dirinya untuk menggunakan atau tidak menggunakan ciptaan itu. Manusia harus terbuka terhadap segala sesuatu yang dapat membantu dirinya mencapai tujuan hidupnya. Santo Ignatius melukiskan unsur sikap itu dengan istilah indifference, indifferentia, atau lepas-bebas.

Indifferentia itu bukanlah sikap pasif atau apatis, tetapi sikap yang dinamis dan terlibat aktif. Karena itu Ignatius menggunakan istilah “hacernos indifferentes” (lihat LR 23). Makna kata Spanyol hacernos indifferentes itu adalah “membuat diri lepas bebas”, suatu prinsip aktif dari manusia yang menyerahkan diri dan membuat dirinya lepas bebas, sehingga dirinya secara sempurna dapat menempatkan dirinya ke arah tujuan manusia diciptakan. Di dalam diri manusia, sikap lepas bebas itu membantu manusia untuk menempatkan dirinya ke arah tujuan hidupnya, yaitu: memuji, menghormati dan melayani Allah. Jadi indifferentia itu membimbing orang dan menjadi dasar untuk siap-sedia (disponibilitas, disponibilidad). Istilah “disponibilidad” dalam bahasa Spanyol berarti “keterbukaan yang siap-sedia” dan “ketersediaan yang siaga”.

Manusia itu bersikap lepas bebas sehingga dia mampu bersiap-sedia. Bersiap-sedia manusia itu diarahkan kepada Allah. Melalui sikap lepas bebas, manusia mengarahkan dirinya kepada Allah. Disponibilitas dirumuskan sebagai disposisi dinamis dari manusia dalam relasinya dengan Allah, siap-sedia menerima untuk menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Allah. Pada hakikatnya, dasar dari ketaatan Ignatian adalah keselarasan yang disponible (siap-sedia) dari kehendak manusia terhadap kehendak Allah.

Keterarahan manusia kepada Allah menemukan ungkapannya di dalam usaha manusia memenuhi kehendak Allah, (ungkapan yang paling baik adalah ungkapan yang tersirat dalam doa Bapa Kami): “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.” (Mat 6: 10). Kita masih ingat bahwa ketika kita melakukan colloquium dalam Latihan Rohani, kita menutup renungan dan doa kita dengan doa Bapa Kami. Pelayanan kepada Allah terjadi di atas bumi; dan di situlah ketaatan Ignatian menemukan bentuknya yang konkret. Pelayanan adalah bentuk dari ketaatan Ignatian.

Jadi, hakikat dari ketaatan Ignatian berakar pada semangat manusia untuk disponible, untuk senantiasa bersiap-sedia, sebagai buah dari sikap lepas bebas yang aktif (membuat diri sendiri lepas bebas). Karena itu, seperti disponibilitas merupakan tujuan dari lepas bebas, demikian juga pelayanan merupakan tujuan dari ketaatan ignatian. Karena ketaatannya, maka setiap penganut spiritualitas Ignatian senantiasa bersiap-sedia untuk diutus ke mana saja, seturut dengan apa yang dibutuhkan dan diperintahkan oleh pemimpin Gereja. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar