Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Jumat, 03 Juni 2011

Maria Tahta Kebijaksanaan

Pada tanggal 8 Juni 2011, kita akan merayakan pesta Santa Perawan Maria Tahta Kebijaksanaan. Di Indonesia, gelar Bunda Maria "Tahta Kebijaksanaan" (Latin: Sedes Sapientiae) sudah diperkenalkan melalui lembaga-lembaga pendidikan yang memakai motto atau bahkan nama "Sedes Sapientiae". Kata “Sedes Sapientiae” dipakai juga sebagai motto Universtitas Katolik Leuven di Belgia, dan Universitas Katolik Louvain di Perancis. Universitas adalah tempat utama untuk belajar, seperti juga sekolah. Di Semarang, Indonesia, kita mengenal sekolah yang menggunakan nama dan motto “Sedes Sapientiae”, SMA Sedes Sapientiae.

"Tahta Kebijaksanaan", adalah gelar yang sangat kuno untuk Maria. Seperti juga dengan gelar-gelar yang lain, gelar ini menggarisbawahi atau mau menegaskan aspek khusus dari hidup dan pengalaman Bunda Maria, terutama peran Bunda Maria sebagai pribadi yang telah melahirkan Yesus.

Penampilan Maria yang artistik, "Tahta Kebijaksanaan", kerapkali memperlihatkan dia duduk di atas sebuah kursi atau tahta atau singgasana, sambil menggendong kanak-kanak Yesus di atas pangkuannya dan mempersembahkan Yesus untuk disembah. Banyak umat Kristen perdana melihat Kristus sebagai Kebijaksanaan yang menjelma menjadi manusia, karena itu dengan menggendong Yesus di pangkuan, Maria menjadi “tempat duduk” dari Kebijaksanaan itu. Dalam tingkatan yang lebih mendalam, gelar “Tahta Kebijaksanaan” juga mengacu pada fakta bahwa “Maria memegang Kebijaksanaan di dalam dirinya dengan mengandung Kristus dalam rahimnya.

Di dalam tradisi Gereja Katolik Roma, julukan “Tahta Kebijaksanaan” atau “Singgasana Kebijaksanaan” (Latin: Sedes Sapientiae), diidentifikasi dengan salah satu dari banyak gelar devosional untuk Bunda Allah. Kata “Sedes Sapientiae”, yang merupakan ciri dari abad ke-11 dan abad ke-12, diciptakan oleh Peter Damiani dan Guibert de Nogent, untuk menyerupakan Maria dengan singgasana Salomon, yang mengacu pada status Maria sebagai bejana untuk inkarnasi, mengandung Kanak-kanak Yesus yang suci. Kata “sedes sapientiae” itu berhubungan dengan Santa Perawan Maria yang terberkati dengan kemuliaan dan dengan pengajaran. Gambaran Maria di dalam tradisi sangat populer di kalangan orang Katolik, sementara di kalangan Protestan Bunda Maria tidak mendapatkan penghormatan.

Di dalam inkonografi kristiani, Sedes Sapientiae adalah ikon Bunda Allah dalam keagungannya. Ketika sang Perawan digambarkan sebagai tahta kebijaksanaan, Maria duduk di atas singgasana, bersama dengan Yesus Kristus di pangkuannya. Ikon Sedes Sapientiae juga nampak dalam naskah-naskah yang memberikan pencerahan, dan juga ditunjukkan dalam bentuk emblem-emblem. Maria sebagai Tahta Kebijaksanaan itu didasarkan pada tafsir kutipan Kitab Raja-raja (1Raj 10: 18-20), dan diulangi di dalam 2Taw 9: 17-19). Teks itu mengatakan: “Raja membuat tahta besar dari gading, yang disalutnya dengan emas murni. Tahta itu enam tingkatnya, dan tumpuan kakinya dari emas, yang dipautkan pada tahta itu, dan pada kedua sisi tempat duduk ada kelek-kelek. Di samping kelek-kelek itu berdiri dua singa, sedang dua belas singa berdiri di atas keenam tingkat itu sebelah-menyebelah; sebelum pernah diperbuat yang demikian bagi sesuatu kerajaan.”

Mengapa Maria mendapat gelar “Tahta Kebijaksanaan”?

Mengapa Maria diberi gelar “Tahta Kebijaksanaan”? Ada dua alasan, mengapa Maria diberi gelar "Tahta Kebijaksanaan". Alasan pertama, melihat secara absolut, kebijaksanaan itu adalah penjelmaan Putra Allah, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Santo Paulus mengidentifikasi Kristus sebagai “Kebijaksanaan Allah”. Tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yunani maupun orang Yahudi, Kristus itu adalah kekuatan Allah dan kebijaksanaan (hikmat) Allah. Oleh Dia kita berada di dalam Yesus Kristus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat kita. Di dalam Yesus Kristus itu Allah menjadi kebijaksanaan kita, membenarkan kita, menguduskan kita dan menebus kita (1Kor 1: 24, 30).

Kristus memenuhi tradisi Perjanjian Lama mengenai Kebijaksanaan (Hikmat) Tuhan. Santo Yohanes menggunakan konsep itu dengan mengidentifikasi Kristus sebagai Sabda Allah atau logos Allah (Yoh 1: 1-13). Sebagai kebijaksanaan yang menjelma, Kristus duduk di pangkuan Bunda-Nya yang terberkati. Maria adalah singgasana, dan dari singgasana itu Kristus memerintah alam semesta.

Alasan kedua, melihat secara relatif, Maria adalah tahta kebijaksanaan; artinya Maria merupakan kepenuhan manusia akan “Kebijaksanaan Bunda Maria” yang ditunjukkan dalam Kitab Amsal dan terutama Amsal 31 yang menyatakan Maria sebagai isteri dan ibu yang ideal. Karena Maria adalah Bunda Kebijaksanaan (Yesus Kristus), maka Maria ikut ambil bagian dalam kebijaksanaan secara istimewa pada tataran yang paling unggul. Dia adalah Bunda Kebijaksanaan, karena peranannya sebagai Theotokos, Bunda Allah.

Jadi, Kristus adalah Kebijaksanaan dan karena itu Maria adalah “Tahta Kebijaksanaan” karena dia mengandung Kristus di dalam rahimnya dan mendudukkan Kristus di atas pangkuannya. Maria adalah Kebijaksanaan secara relatif, karena dia adalah personifikasi Bunda Kebijaksanaan di dalam tradisi Amsal.

Latar belakang gelar “Tahta Kebijaksanaan”

Maria, Bunda Yesus dan Bunda Allah, merupakan ikon rohani terbesar dalam iman kristiani. Peran Maria dalam rencana keselamatan Allah sungguh besar karena melalui Maria, Yesus Juru Selamat kita, memasuki dunia manusia. Melalui bimbingan dan cinta Maria, Yesus bertumbuh menjadi manusia yang mencintai siapa saja yang tinggal di rumah orangtua-Nya untuk melaksanakan karya yang diberikan oleh Allah kepada-Nya. Melalui hidup Yesus Maria menjadi dekat dengan Dia dan bergembira bersama Dia dalam segala perbuatan baik, dan mendukung serta menghibur Dia di hari-hari bingung dan menderita. Maria adalah murid Yesus yang pertama.

Gereja menghormati Maria sepanjang tahun liturgi. Sebagai orang kristiani, kita melihat Maria sebagai contoh dalam hal menjadi murid Yesus. Kita merayakan kelahiran Yesus, pada hari di mana Yesus dipersembahkan kepada Allah di kenisah, pada saat kenaikannya, pada saat berkunjung ke Elisabeth, pada saat perjalanannya ke Betlehem di mana ia melahirkan, dan pada segala peristiwa di dalam hidup bersama dengan Yesus. Bahkan kita juga merayakan kehadirannya yang terus menerus di dunia ini dan di dalam hidup kita sepanjang hari-hari pesta yang mengingatkan saat-saat di mana Maria tampil dan berbicara kepada banyak orang sepanjang abad. Tidak ada musim sepanjang tahun menjadi lengkap tanpa mengingat peran Maria dalam karya keselamatan, karena melalui Maria-lah sang Penyelamat kita itu lahir.

Dalam litani yang dirumuskan di Loreto Italia, Maria disebut sebagai “Tahta Kebijaksanaan”. Maria diberi gelar itu karena dia melahirkan Yesus, Putra Allah, yang dalam Kitab Suci disebut “Kebijaksanaan Allah”. Selama tahun awal kehidupan Yesus, Maria mendudukkan Dia di atas pangkuannya dan merawat Dia, karena itu Maria disebut “tempat duduk” sang Kebijaksanaan itu.

Dalam doa litani, Maria disebut sebagai “Tahta Kebijaksanaan”. Maria diberi gelar itu karena dia melahirkan Yesus, Putra Allah, yang dalam Kitab Suci disebut “Kebijaksanaan Allah”. Selama tahun awal kehidupan Yesus, Maria mendudukkan Dia di atas pangkuannya dan merawat Dia, karena itu Maria disebut “tempat duduk” sang Kebijaksanaan itu. Dalam banyak karya seni, gambaran ini menunjukkan Maria duduk di singgasana bersama Yesus yang berada di pangkuannya. Kerapkali orang berpikir bahwa kebijaksanaan berarti membuat keputusan yang menguntungkan. Mereka percaya bahwa kebijaksanaan itu adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh orang jika ia mau sukses dalam hidup, yakni menghasilkan banyak uang. Banyak orang tidak menangkap fakta bahwa kebijaksanaan itu adalah hadiah dari Allah, yang membantu manusia, untuk memahami apa yang menjadi rencana Allah dan apa tujuan hidup manusia ini. @@@

1 komentar:

  1. Apakah ada litani atau doa khusus untuk Maria Sedes Sapientiae pastor?

    BalasHapus