Kapal yang ditumpangi Mgr. Grent, dalam perjalanannya dari
Dalam kondisi panik dan mencemaskan itu Mgr. Grent duduk, menundukkan kepala dan berdoa, memohon pertolongan Tuhan agar seluruh penumpang kapal masih bisa diselamatkan. Ia menyampaikan doa permohonan itu kepada Tuhan dengan perantaraan St. Yudas Tadeus. Mgr. Grent berjanji kepada Tuhan, jika semua penumpang sampai di tanah misi dengan selamat, maka ia akan mendirikan sebuah seminari, tempat pendidikan bagi para calon imam.
Benarlah apa yang terjadi. Tuhan mengabulkan permohonannya. Angin segera menjadi reda. Gelombang air laut menjadi lebih ramah. Kerusakan kapal bisa diperbaiki. Dan akhirnya kapal bisa berjalan lagi. Mgr. Grent bersama dengan kawan-kawannya dapat mendarat di Ambon dengan selamat. Seminari St. Yudas Thadeus di Langgur, Tual Maluku Tenggara yang berdiri sampai hari ini adalah bukti nyata terkabulnya sebuah permohonan dari seorang manusia yang dalam kesulitannya bercerita dan meminta bantuan kepada Tuhan untuk diselamatkan.
Kita bisa belajar dari pengalaman dramatis yang dialami Mgr. Grent. Dalam kepanikan dan kecemasan, ketika jalan buntu di depan mata, dan ketika kematian sudah di ambang pintu, kita masih ingat akan Tuhan dan kita tahu bahwa Tuhan akan memberikan jawaban atas keluhan dan permohonan kita. Pengalaman doa yang dialami Mgr. Grent adalah sebuah contoh jenis doa yang paling biasa kita lakukan, yakni: mencari bantuan Tuhan. Meski jenis doa seperti itu penting, masih ada lima jenis doa lain yang bisa kita pelajari, kita latih dan kita kembangkan. Untuk membangun kehidupan rohani yang lebih seimbang kiranya baik kalau kita bisa mengenal dan mempraktekkan jenis-jenis doa yang lain ini.
1. Permohonan
Doa permohonan adalah doa yang paling dasar, yaitu memohon. Doa permohonan barangkali merupakan doa yang paling kerap dilakukan orang. Doa permohonan adalah doa para awak kapal. Juga doa para pilot yang setiap hari melakukan penerbangan dengan pesawat, doa para murid di sekolah, doa para tenaga medis yang menolong banyak orang sakit di rumah sakit, doa para orangtua yang anaknya sedang sakit, doa para suami atau isteri yang sedang dalam kesulitan membangun relasi mereka satu sama lain. Kita berdoa kepada Tuhan karena kita membutuhkan atau karena seseorang dari teman kita sedang dalam kesulitan. Entah keadaan krisis seperti ini berat atau ringan, kita mendekati Tuhan dan meminta bantuan kepada-Nya.
Memang benar bahwa doa permohonan itu mempunyai dasar alasannya di dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (Yes 46:4), Nabi Yesaya menyerukan: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku akan memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, Yesus menegaskan pentingnya mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan kita kepada Allah. Di dalam Injil Yohanes 16:24, Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Sampai sekarang sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”. Rasul Yakobus menegur beberapa orang Kristiani, dengan mengatakan bahwa mereka itu tidak menikmati berkat dari Allah karena mereka gagal menyampaikan doa permohonan: “Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa.” (Yak 4:2).
Pesan dari Kitab Suci seperti itu jelas menunjukkan bahwa Allah itu ingin mendengarkan keprihatinan kita, kekurangan kita, kesulitan kita, keringkihan kita. Teks-teks Kitab Suci itu menunjukkan bahwa Allah mengatakan: “Katakan pada-Ku. Mintalah pada-Ku. Ceritakan pada-Ku apa yang kamu butuhkan dan apa yang kamu inginkan.”
2. Pengakuan
Sementara doa permohonan merupakan doa yang populer dan paling biasa dilakukan, doa pengakuan barangkali merupakan doa yang paling sulit untuk banyak orang. Memang tidak mudahlah untuk mengakui dan menyebutkan dosa-dosa, kekurangan, kelemahan, kegagalan, dan kemudian meminta pengampunan. Tetapi, pengakuan ini merupakan jalan yang membimbing ke arah kesehatan hidup rohani dan kesehatan emosional. Kitab Suci Perjanjian Baru memberikan petunjuk tentang hubungan antara pengakuan dan kesehatan: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu, dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” (Yakobus 5:16).
Kitab Suci juga menyatakan dengan jelas tentang manfaat kesehatan dari pengakuan ini: “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa yang mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” (Amsal 28:13).
Seorang penulis, bernama Louis Cassels, menyatakan: “Di dalam pengakuan, kita membuka hidup kita untuk menyembuhkan, mendamaikan, memperbaiki, dan menghargai rahmat Tuhan yang telah mencintai kita seperti apa adanya sekarang.” Di samping itu, tersedia juga sakramen pengampunan dosa, yang kita kenal sebagai pengakuan juga.
3. Adorasi
Doa ini dilaksanakan ketika kita ingin memuji Tuhan. Doa adorasi dan pujian semestinya mengalir secara alami dari hati yang penuh sadar akan rahmat dari Tuhan. “Doa pujian adalah musim semi sebuah hati yang mencintai Tuhan,” kata seorang pastor Perancis bernama St. Jean Baptiste Marie Vianney, yang lahir tanggal 8 Mei 1786. “Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.” (Mzm 34:2). “Aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menjadi kota bentengku.” (Mzm 59:17). “Pujilah nama Tuhan, pujilah, hai hamba-hamba Tuhan.” (Mzm 135:1).
Orang-orang yang memiliki kehidupan rohani yang dalam, mampu melakukan doa pujian dan adorasi, bahkan di dalam situasi yang menyesakkan. Etty Hillesum, wanita muda keturunan Yahudi yang dipenjarakan oleh Nazi, adalah contoh pendoa yang cerdas. Dalam situasi yang menekan batinnya hidup di kamp konsentrasi, dia masih bisa berdoa demikian: “Penderitaan yang saya alami di sini adalah penderitaan yang sungguh tak terperikan, tetapi kerapkali saya masih bisa menikmati musim semi dan melangkahkan kaki untuk berjalan-jalan. Saat-saat seperti itu sungguh menyentuh hati saya. Di dalam hati saya, ada suatu perasaan yang melonjak bahwa hidup ini sungguh mulia dan menakjubkan: Tuhan, Engkau telah membuat diri saya menjadi kaya seperti ini. Perkenankanlah saya untuk bisa membagikan keindahan-Mu itu dengan tangan terbuka.”
4. Meditasi
“Jika seandainya saya seorang dokter, dan saya diizinkan untuk menentukan satu obat untuk semua penyakit, maka saya akan menulis resep ketenangan. Jika sabda Tuhan diwartakan di dunia modern, bagaimana orang akan bisa mendengar dengan suara seperti itu. Oleh karena itu, ciptakanlah ketenangan.”
Pandangan seperti itu, datang pada abad ke-19 dari seorang filsuf Soren Kierkegaard. Meditasi adalah ilmu kerohanian yang penting. Di saat-saat tenang seperti itu, kita membuka lebar jiwa kita untuk merasakan arahan Tuhan, cinta dan nasihat-Nya. Tenang di hadapan Tuhan, adalah jalan efektif untuk menjalin hubungan dengan sebuah bagian dari keabadian.
Meditasi yang tenang juga ideal ketika kita mengalami kekacauan batin, karena keheningan doa menenangkan jiwa yang cemas, menenangkan roh, membantu kita berpikir lebih jernih, dan membantu kita berdoa secara lebih bijak.
5. Syukur
Karena Tuhan telah memberikan berkat yang melimpah, maka doa syukur semestinya keluar dari hati kita dan secara nyata keluar dari mulut kita, sifatnya alami, rutin, dan frekuen terjadi. Ralph Waldo Emerson kerapkali mengucapkan doa syukur seperti ini:
“Karena setiap hari baru kami masih diperkenankan melihat terangnya pagi hari, kami mengucapkan terima kasih kepada-Mu, ya Bapa. Karena pemberian istirahat dan perlindungan-Mu semalam ketika kami sedang tidur nyenyak, kami mengucapkan terima kasih kepada-Mu, ya Bapa. Karena pemberian kesehatan dan makanan, karena cinta dan teman-teman, ya Bapa, yang berada di dalam surga, kami mengucapkan terima kasih kepada-Mu!”
6. Persembahan
Doa ini melibatkan penyerahan diri sepenuhnya kepada karya dan kehendak Allah. Doa ini dinyatakan oleh orang-orang kristiani yang punya kepekaan dan tanggap terhadap situasi sekitar. Ketika mereka melihat suatu kebutuhan, mereka ingin memenuhi kebutuhan itu. Ketika mereka melihat luka, mereka berusaha untuk menyembuhkannya. Sejarah dipenuhi dengan orang-orang biasa, entah wanita atau pria, yang mengerjakan hal-hal yang luar biasa karena mereka mempersembahkan hidup mereka kepada Allah.
Orang-orang yang mempunyai komitmen hidup seperti itu bisa kita sebut namanya. Mereka itu adalah: Bunda Teresa yang bekerja di antara kaum papa-miskin di Calcuta India; Sir Wilfred Grenfell, seorang dokter Inggris yang bekerja di antara orang-orang Eskimo, orang-orang suku Indian dan orang-orang kulit putih di Labrador Canada; William Booth, yang bekerja di daerah permukiman kumuh di London Inggris; St. Vincent de Paul, yang melayani orang-orang miskin di Perancis dan memberikan makanan kepada budak-budak dari Afrika Utara; Dorothy Day yang karena kepekaannya mendalam akan keadilan membuka tempat permukiman dan menyediakan makanan, perumahan dan pakaian untuk para warga Amerika yang melarat.
Persembahan hidup juga ditemukan di antara mereka yang tidak diperhitungkan oleh sejarah: para suami yang masih tetap setia dan melayani dengan penuh belarasa isterinya yang sudah mengidap sakit terminal; ibu-ibu yang mendoakan dengan teguh dan sungguh-sungguh untuk anaknya yang suka melawan dan tidak patuh; orang-orang muda yang secara konsisten menolak untuk ikut serta terlibat melakukan perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan oleh teman-teman sebaya mereka; para eksekutif dalam perusahaan yang menerapkan prinsip moral dan standard etika bisnis yang tinggi di dalam pekerjaan mereka.
Memahami dan melatih keenam jenis doa seperti diterangkan di atas akan menyeimbangkan kehidupan rohani kita, karena doa adalah jalan untuk pendidikan jiwa kita. Seorang novelis Rusia, Fydor Dosktoyevski pernah mencatat: “Setiap kali anda berdoa, jika doa anda itu tulus, maka akan ada perasaan baru dan makna baru di dalamnya. Perasaan dan makna baru itu akan memberikan kepada anda keberanian yang lebih segar, dan anda akan mengerti bahwa doa itu adalah pendidikan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar