Hidup Berbagi

Hidup Berbagi
Gotong Royong dalam Kerja

Jumat, 25 Februari 2011

Margaretha Bays: Kuat Karena Doa


Margaretha Bays adalah seorang wanita Katolik yang sederhana, lahir dari sebuah keluarga petani yang saleh, pada 8 September 1815, di La Pierraz, Siviriez, dekat Freibourg, Swis. Dia mendapatkan pendidikan di sekolah setempat dan bekerja sebagai penjahit pembuat pakaian jadi. Ia menghabiskan seluruh waktu hidupnya di kampung halamannya sendiri.

Di lingkungan paroki ia adalah seorang awam yang bisa menjadi teladan bagi banyak orang. Dia aktif di dalam kegiatan pewartaan iman, terutama di kalangan anak-anak kecil dan kaum perempuan. Ia kerapkali juga mengunjungi orang sakit dan orang yang menjelang ajalnya, dengan semangat yang tak kenal lelah. Dia betul-betul teman bagi orang-orang miskin, yang dianggapnya sebagai “orang-orang yang dicintai oleh Allah”.

Pada umur 35 tahun ia terkena penyakit kanker usus. Ia meminta kepada Bunda Maria agar bersama sang Putra dapat mengubah penderitaan yang dia alami itu menjadi suatu kemampuan untuk bisa lebih merasakan secara langsung Penderitaan Tuhan sendiri. Pada 8 Desember 1854 dia sembuh secara ajaib. Tetapi sebagai gantinya, ia mengalami penderitaan, yakni penderitaan yang pernah dialami Kristus dalam perjalanan-Nya dari Getsemani sampai ke puncak Kalvari. Dia juga menerima stigmata seperti St Fransiskus alami.

Margaretha sungguh percaya atas daya kuatnya doa sejak masa kecilnya. Ia mencintai Bunda Maria, yang ia hormati dengan doa rosario dan mengunjungi tempat-tempat ziarah. Ia juga memiliki cinta yang mendalam pada Tuhan Yesus yang hadir dalam Ekaristi, yang kerap dia hormati dalam adorasi berjam-jam lamanya. Dia menghayati kehadiran Tuhan yang terus menerus di dalam hidupnya sehari-hari. Menurut pendapatnya, penderitaan yang dialami adalah manifestasi dari iman yang lemah. Karena doa ia dikuatkan dalam menghadapi penderitaan itu.

Hidupnya terfokus pada kehidupan abadi dan karena itu ia berusaha menjauhkan diri dari kesenangan-kesenangan duniawi atau memisahkan diri dari segala unsur keuntungan yang sifatnya pribadi. Baginya Tuhan adalah cinta yang mahabesar. Dan inilah yang membedakan dia dari Allah. Maka ia tekun untuk memohon: “Apa yang dapat aku perbuat agar aku semakin dapat mencintai Tuhan?” Kepeduliannya yang terus menerus diperjuangkan adalah memusatkan perhatian pada Tuhan yang membuat dirinya semakin rendah hati. Ia merasa bahwa dirinya adalah ciptaan yang paling rendah dan pendosa yang paling berat. Karena itu dia berjuang melawan cinta diri yang selama ini menjadi semangatnya.

Margaretha sungguh bahagia dipanggil untuk mengikuti Dia, dan dia tidak pernah memperlihatkan tanda penderitaannya, dan apa yang terkandung di balik kata-katanya: “Perkenankanlah aku mendengarkan kata-kata yang datang dari adorasi dan ketundukan terhadap kehendak Allah yang Mahasuci”. Persis jam 3 sore, Jumat 27 Juni 1879, dia dipanggil Tuhan. Dia telah mendarma-baktikan seluruh cintanya pada Tuhan yang tersalib.

Dia dinyatakan suci pada tanggal 29 Oktober 1995 oleh Paus Yohanes Paulus II di Basilika St Petrus di Roma, Italia. Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa kaum wanita telah memiliki andil dalam menulis sejarah Gereja dengan bahasa hati yang khas mereka, yaitu intuisi dan dedikasi. Ia mengatakan bahwa Margaretha Bays adalah “seorang wanita awam yang rendah hati yang hidupnya tersembunyi bersama Tuhan Yesus Kristus di dalam Allah. Ia tidak mencapai sesuatu yang sifatnya luar biasa, tetapi hidupnya telah berada di jalan yang panjang, diam, dan mengarah kepada kesucian. Dengan merenungkan misteri sang Penyelamat, khususnya mengenai penderitaan, ia mencapai kesatuan dengan Tuhan.”

“Semakin mendalam orang berdoa, semakin dekat dengan Tuhan dan ingin melayani sesama yang menjadi saudara dan saudarinya.” “Doa tidak menjauhkan orang dari dunia”, kata Paus Yohanes Paulus II. “Tanpa meninggalkan negerinya, Margaretha Bays tetap menjaga hatinya untuk terbuka terhadap dimensi gereja universal dan dunia.” Dia juga mendorong kita semua untuk “membuat hidup kita menjadi jalan cinta, a way of love, dan untuk mewartakan Injil , khususnya kepada kaum muda.” Paus bertanya kepada kita: “Bagaimana kaum muda sekarang mengenal sang Penyelamat kita, mendekati meja Ekaristi dan Sakramen Tobat “jika tidak ada orang yang membuat mereka mampu untuk menemukan harta kekayaan mereka seperti telah dikerjakan oleh Margaretha.” @@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar